Tanaman petani rusak diterjang banjir

id Pertanian

Tanaman petani rusak diterjang banjir

Kepala Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur Yohanis Tay Ruba

Para petani di Nusa Tenggara Timur ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, karena tanaman mereka yang baru tumbuh dan merekah, kini sudah diterjang banjir pula.
Kupang (Antaranews NTT) - Para petani di Nusa Tenggara Timur ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, karena tanaman mereka yang baru tumbuh dan merekah, kini sudah diterjang banjir pula.

"Laporan sementara baru dilakukan melalui telepon. Data resminya belum kami terima dari daerah-daerah," kata Kepala Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur Yohanis Tay Ruba kepada Antara di Kupang, Kamis, terkait kerusakan tanaman para petani akibat banjir selama Januari 2018.

Selama lebih dari dua pekan ini, hujan deras disertai angin kencang terus melanda seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), sehingga membuat para petani seakan tak berdaya menghadapi cuaca buruk tersebut.

Dia mengatakan, telah mengirim surat untuk meminta semua daerah di provinsi berbasis kepulauan itu untuk segera melakukan pendataan terhadap kerusakan tanaman petani di daerah masing-masing.

Selain tanaman pertanian yang rusak, daerah juga diminta untuk mendata saluran irigasi yang rusak akibat banjir ataupun terkena longsor untuk dilaporkan kepada pemerintah provinsi.

Laporan ini penting, untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi, sekaligus membantu pemerintah provinsi dalam pengambil langkah-langkah antisipasi.

Misalnya, pemerintah harus ada persiapan untuk memperbaiki saluran irigasi yang rusak, atapun antisipasi jika terjadi kekurangan pangan sebagai dampak dari kerusakan tanaman, katanya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT, Tini Thadeus secara terpisah mengatakan, bencana alam yang terjadi di sejumlah wilayah Nusa Tenggara Timur mengakibatkan banyak infrastruktur rusak.

"Ada jalan negara, jalan provinsi maupun jalan kabupaten dan kota yang rusak akibat bencana. Selain itu, ada juga rumah dan tanaman rusak karena angin kencang," kata Tini.

Informasi ini diperoleh baik melalui email dan telepon yang masuk ke BPBD NTT. Saat ini BPBD NTT masih terus melakukan identifikasi dan pendataan di lapangan.

"Sampai saat ini kami masih minta laporan tertulis dari BPBD kabupaten dan kota, selain melakukan identifikasi kerusakan. Kami belum bisa taksasi berapa kerugian yang ditimbulkan," katanya.