800 hektare lahan potensial persawahan di Raknamo

id Raknamo

800 hektare lahan potensial persawahan di Raknamo

Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)

"Pemerintah bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, telah melakukan survei dan desain pembukaan sawah baru pada areal sekitar kawasan Bendungan Raknamo, dan lahannya cukup potensial," kata Yohanis Tay Ruba.
Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Yohanis Tay Ruba mengatakan, lahan potensial untuk persawahan di kawasan sekitar Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang mencapai sekitar 800 hektare.

"Pemerintah bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, telah melakukan survei dan desain pembukaan sawah baru pada areal sekitar kawasan Bendungan Reknamo, dan lahannya cukup potensial," kata Yohanis Tay Ruba kepada Antara di Kupang, Rabu (21/3)

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan lahan potensial persawahan di kawasan sekitar Bendungan Raknamo yang bisa dimanfaatkan untuk pembukaan sawah baru.

Menurut dia, survei ini harus dilakukan untuk memastikan berapa luas areal lahan potensial untuk pengembangan persawahan dengan menggunakan sumber air dari Bendungan Raknamo.

Mengenai mekanisme survei, dia mengatakan ada tiga syarat penting yang disurvei dan didesain yaitu apakah tanahnya layak untuk dijadikan persawahan, kepemilikan lahan dan juga sumber air.

Khusus untuk kawasan sekitar Bendungan Raknamo, sumber air sudah tidak ada masalah sehingga pada saat survei dilakukan lebih diarahkan pada kelayakan tanah dan status kepemilikan tanah.

Baca juga: Undana Survei Lahan Sawah Baru di Raknamo
Baca juga: Pemerintah Optimistis Krisis Air Segera Teratasi
Kepala Dinas Pertanian NTT Yohanis Tay Ruba

Menurut dia, survei dan desain lahan potensial di Kabupaten Kupang itu, dilakukan dengan menggunakan dana APBD Perubahan 2017.

Hanya saja, pemerintah masih akan berkoordinasi dengan pihak Balai Sungai Wilayah NTT, sebelum melakukan pembukaan areal persawahan baru di sekitar kawasan itu.

"Rencananya kami akan mengadakan pertemuan bersama untuk membahas masalah ini, untuk memastikan apakah pembukaan sawah baru sudah bisa dimulai pada musim tanam 2018 atau tidak, karena harus memanfaatkan sumber air dari Bendungan Raknamo" katanya.

Dia mengatakan, jika pihak Balai Sungai NTT merekomendasikan bahwa air dari Bendungan Raknamo sudah bisa dimanfaatkan untuk mengairi persawahan, maka pemerintah akan membuka sawah baru pada tahun ini juga.

Keterampilan petani
Ketika ditanya soal rendahnya produktivitas padi, Yohanis Tay Ruba mengatakan, faktor utama yang menyebabkan produksi padi sawah daerah itu masih rendah adalah kemampuan dan keterampilan petani yang masih terbatas.

"Faktor lain adalah masih terlalu banyak petani sawah yang belum menerapkan teknologi yang dianjurkan yang bisa berdampak pada peningkatan produksi padi," katanya.

Produksi padi sawah di NTT masih berkisar antara 3-7 ton per hektare atau rata-rata 4,10 ton per hektare, masih rendah dibandingkan dengan produksi padi di Pulau Jawa.

"Memang di beberapa lokasi tingkat produksinya di atas delapan ton per hektare, tetapi secara keseluruhan rata-rata produksi 4,10 ton per hektare," kata Yohanis Tay.

Baca juga: Areal tanaman padi di NTT meningkat 6.000 hektare
Baca juga: Produksi Padi Mencapai 670.000 Ton

 
Dua anggota TNI-AD wilayah Korem 161/Wirasakti Kupang bersama masyarakat menanam padi saat tanam padi serentak di desa Nunkurus, Kabupaten Kupang, NTT (Foto ANTARA/ Kornelis Kaha)


Karena itu, saat ini pemerintah sedang mengoptimalkan para penyuluh lapangan (PPL) yang ada di desa-desa sebagai ujung tombak dalam meningkatkan produksi padi sawah di daerah itu.

"Kami sedang menggenjot para petugas penyuluh untuk memberikan pendampingan kepada para petani secara optimal, sehingga hasil produksi padi sawah bisa ditingkatkan," katanya.

Selain mengoptimalkan peran PPL, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan areal persawahan di provinsi berbasis kepulauan itu melalui program upaya khusus untuk meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai (PJK) atau dikenal dengan Upsus Pajale (Upaya Khusus Padi, Jagung, dan padi).

Dia mengatakan, dengan mengoptimalkan peran penyuluh lapangan, diharapkan tingkat produksi padi sawah pada musim tanam tahun 2017/2018 bisa lebih ditingkatkan pada kisaran antara 5-6 ton per hektare.