Asita: Pemandu harus tingkatkan kemampuan Bahasa Mandarin

id ASITA

Asita: Pemandu harus tingkatkan kemampuan Bahasa Mandarin

Ketua ASITA Nusa Tenggara Timur Abed Frans (ANTARA Foto/dok)

"Kemampuan dalam berbahasa Mandarin masih menjadi tantangan tersendiri bagi para pemandu wisata di daerah ini karena umumnya didominasi bahasa Inggris," kata Abed Frans.
Kupang (AntaraNews NTT) - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur Abed Frans meminta para pemandu wisata di daerah ini agar meningkatkan kemampuan berbahasa Mandarin seiring dengan maraknya arus kunjungan wisatawan dari China ke Indonesia.

"Kemampuan dalam berbahasa Mandarin masih menjadi tantangan tersendiri bagi para pemandu wisata di daerah ini karena umumnya didominasi bahasa Inggris," kata Abed Frans di Kupang, Selasa (1/5).

Ia mengatakan hal tersebut ketika ditanya soal peran pelaku wisata menyambut rencana pemerintah Provinsi NTT bersama Konsulat Jenderal China di Bali yang mendorong penerbangan langsung dari salah satu kota di China ke Labuan Bajo, Pulau Flores.

Menurut Abed, jika rute penerbangan internasional ini diwujudkan maka para pelaku wisata di Labuan Bajo dan sekitarnya harus siap, karena mendatangkan peluang yang menguntungkan.

"Salah satu kesiapan yang sangat penting adalah penguasaan bahasa Mandarin. Apakah para pemandu kita sudah siap atau belum? Mau tidak mau harus bisa berbahasa Mandirin," katanya.

Baca juga: Pemandu wisata agar perbanyak penguasaan bahasa asing
. Wisatawan China membanjiri Pulau Dewata, Bali. 
Selain itu, lanjutnya, penguasaan bahasa Mandarin juga menjadi tantangan bagi pelayanan (hospitality) hotel-hotel di provinsi setempat.

"Para karyawan hotel tentu harus dibekali juga dengan kemampuan berbahasa Mandarin meskipun tidak harus betul-betul mahir," katanya.

Untuk itu, pihak Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa asing bagi para pemandunya melalui upaya-upaya pendidikan, pelatihan dan kursus.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) NTT Mesakh Toy, dihubungi Antara secara terpisah, mengakui belum banyak pemandu wisata di NTT yang mampu berbahasa Mandarin dengan lancar.

Ia menjelaskan, hingga akhir tahun 2017, tercatat jumlah pemandu wisata di NTT sebanyak 298 orang yang terekam di database HPI pusat.

Baca juga: NTT Miliki 298 Pemandu Wisata
. Wisatawan China di Pulau Dewata, Bali. 
Lebih dari 150 pemandu, lanjutnya, beroperasi di Pulau Flores yang didominasi di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dan sekitarnya.

Menurutnya, kemampuan penguasaan bahasa asing dari para pemandu masih didominasi bahasa Inggris dan Jerman yang mencapai lebih 80 persen dari jumlah pemandu yang ada.

"Yang trend meningkat itu kemampuan bahasa Jepang dan Spanyol, kalau bahasa Mandarin memang masih belum banyak yang bisa," demikian Mesakh Toy.