Tak ada pemandu yang menguasai bahasa Mandarin

id pengamat

Tak ada pemandu yang menguasai bahasa Mandarin

Pengamat Ekonomi Dr James Adam MBA.

"Kemampuan berbahasa Mandarin bagi para pemandu wisata di NTT menjadi catatan penting, masih perlu dibenahi karena sangat jarang bahkan tidak ada pemadu yang berkompeten di bidang bahasa tersebut," kata James Adam.
Kupang (AntaraNews NTT) - Pengamat ekonomi Dr James Adam MBA mengakui bahwa Nusa Tenggara Timur belum memiliki pemandu wisata yang menguasai bahasa Mandarin, sehingga perlu dibenahi dalam upaya menarik wisatawan China ke daerah ini.

"Kemampuan berbahasa Mandarin bagi para pemandu wisata di NTT menjadi catatan penting, masih perlu dibenahi karena sangat jarang bahkan tidak ada pemadu yang berkompeten di bidang bahasa tersebut," katanya kepada Antara di Kupang, Kamis (10/5).

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) NTT itu mengatakan arus wisatawan dari negeri Tirai Bambu China yang masuk melalui Denpasar pada 2017 lalu tercatat mencapai 1,3 juta orang, namun belum ada peluang dari NTT untuk merebutnya.

"Jika 10 persen di antaranya bisa ditarik saja ke NTT seperti yang diharapkan Dinas Pariwisata NTT maka akan berdampak besar bagi perkembangan pariwisata di daerah ini," katanya.

James menilai, ambisi pemerintah daerah ini sebagai hal yang positif dalam upaya membangun sektor pariwisata setempat sebagai sektor unggulan dalam mendongkrak perekonomian rakyat NTT.

Baca juga: NTT targetkan gaet 10 persen wisatawan China
Wisatawan China di Pulau Dewata, Bali
Hanya saja, kata dia, belum ada satu pun pemandu wisata di daerah yang mengusai bahasa Mandarin, sehingga dari aspek pelayanan, NTT sudah keteteran dalam menjamu wisatawan dari China tersebut.

"Karena berbicara tentang pariwisata maka selalu ada hubungannya dengan pelayanan atau hospitalitas, semakin berkualitas pelayanan diberikan maka pariwisata akan cepat berkembang," katanya.

Untuk itu, katanya, agen-agen travel yang biasa melayani wisatawan dalam jumlah rombongan perlu menyiapkan sumber daya pemandu yang berkompeten di bidang bahasa Mandarin.

"Seperti di Bali, agen-agen travel langsung menyiapkan pemandunya sendiri untuk wisatawan mancanegara termasuk yang dari China," katanya.

Selain itu, lanjutnya, Dinas Pariwisata bersama lembaga bahasa di daerah perlu menghadirkan pelatihan-pelatihan bahasa asing sesuai trend perkembangan arus wisatawan mancanegara.

"Sehingga dalam waktu beberapa bulan para pemandu wisata bisa mengikuti kursus dan mereka sudah dibekali dengan bahasa asing sesuai kebutuhan wisatawan," katanya.

Baca juga: NTT harapkan penerbangan langsung Beijing-Labuan Bajo
Bandara Internasional Beijing China (ANTARA Foto/Laurensius Molan) 
James menambahkan, di sisi lain, kesiapan infrastruktur pariwisata harus terus menjadi perhatian utama dalam mendorong peningkatan arus wisatawan ke provinsi berbasiskan kepulauan itu.

Di sisi lain, katanya, kemampuan pemandu dalam berbahasa Mandarin juga menjadi perhatian penting dalam menyongsong kunjungan wisatawan China yang bakal membanjiri NTT kelak.