Produksi telur ayam di NTT belum signifikan

id Pengamat

Produksi telur ayam di NTT belum signifikan

Pengamat Ekonomi Dr James Adam (ANTARA Foto/dok).

NTT sebenarnya punya produsen telur, namun produksinya belum signifikan..
Kupang (AntaraNews NTT) - Pengamat Ekonomi Dr James Adam menilai NTT sebenarnya memiliki produsen telur ayam, namun produksinya
belum terlalu signifikan.

"Memang tidak banyak produsen telur yang ada di NTT dan juga produktifitas hasil produksinya juga tidak signifikan dengan permintaan pasar, sehingga memang harus didatangkan dari Surabaya," katanya kepada Antara di Kupang, Kamis (19/7).

Hal ini disampaikannya menanggapi kenaikan harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional di Kota Kupang, dari yang semula Rp55.000 per rak kini sudah melonjak menjadi Rp60.000 per rak.

Hal ini membuat resah para penjual kue yang membuat kue dari bahan dasarnya telur ayam, karena harus berpikir keras agar tetap menjual kue dengan bahan dasar telur ayam walaupun harganya melonjak.

Menurut James,  pertanyaannya apakah ada pengusaha yang mau berusaha untuk mengembangkan telur ayam sehingga, nanti kualitas produksinya bisa berkompetisi dengan telur yang berasal dari Surabaya.

Baca juga: Pemprov NTT kesulitan kendalikan harga telur ayam

"Bisa jadi karena kualitas dan kuantitas produksi produsen telur ayam di NTT belum bisa menjawab kebutuhan konsumen sehingga telur masih didatangkan dari Surabaya," tutur James yang juga Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) NTT itu. 

Oleh karena itu, ia mengharapkan agar pemerintah NTT segera mendorong dan membuka peluang agar lebih banyak pengusaha mau bergerak dalam bidang produksi telur ayam.

Sebab jika mengalami kenaikan harga pemerintah daerah tidak tidak mungin bisa menurunkan harga telur di pasaran jika persoalan harga tersebut datangnya dari pihak produsen yang ada di Surabaya.

Kenaikan harga ditingkat produsen bisa saja terjadi akibat banyak faktor misalnya produksi telur menurun, hasil produksi tidak optimal mungkin banyak yang gagal/rusak, atau bisa saja ada sejumlah faktor produksi yang menjadi alasan. 

"Pemerintah hanya bisa mengendalikan harga telur dipasaran jika penjual pedagang di NTT yang menaikkan harga secara sepihak," tuturnya.

Baca juga: Harga telur ayam sudah tembus Rp60.000/rak