PLN berikan beasiswa kepada bocah pemanjat tiang bendera

id ATAMBUA

PLN berikan beasiswa kepada bocah pemanjat tiang bendera

Yohanis Gala Marschal Lau (kedua dari kiri) foto bersama Dandim 1650/Belu Letkol CZI I Gusti Putu Dwika dan kedua orangtuanya usai melakukan tindakan heroik dengan memanjat tiang bendera untuk memulihkan tali bendera yang macet pada upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan ke-73 RI di Pantai Mota Ain, Desa Silawan, Kabupaten Belu, NTT yang berbatasan dengan negara Timor Leste, Jumat (17/8). (ANTARA Foto/Istimewa)

PT PLN (Persero) memberikan beasiswa pendidikan hingga S1 kepada Yohanis Gala Marschal Lau, bocah pemanjat tiang bendera yang menyelamatkan upacara HUT Kemerdekaan ke-73 RI di Desa Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Jumat (17/8).
Kupang (AntaraNews NTT) - PT PLN (Persero) memberikan beasiswa pendidikan hingga S1 kepada Yohanis Gala Marschal Lau, bocah pemanjat tiang bendera yang menyelamatkan upacara HUT Kemerdekaan ke-73 RI di Desa Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Jumat (17/8).

"Aksi Yohanis sangat heroik. Kami salut dengan bocah yang masih berusia 14 tahun ini. Ia akan mendapatkan beasiswa sampai dengan tingkat S1," kata Direktur Human Capital Management PT PLN Muhamad Ali dalam siaran pers yang diterima Antara di Kupang, Sabtu (18/8).

Ia mengapresiasi tindakan Yohanis yang menunjukkan tindakan nyata menjunjung tinggi rasa nasionalisme dan cinta terhadap NKRI.

Untuk itu, melalui Program PLN Peduli, pelajar Kelas VII SMPN I Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu itu mendapatkan beasiswa pendidikan hingga jenjang S1.

"Mulai saat ini Yohanis juga kami jadikan Putra PLN," kata Ali dan menambahkan Yohanis memiliki inisiatif yang tinggi, berani mengambil keputusan dan risiko dalam waktu singkat.

Baca juga: Bocah pemanjat tiang bendera diterbangkan ke Jakarta
Yohanis Gama Marschal Lau (14), siswa SMP Silawan, Kabupaten Belu, NTT yang dengan heroiknya menyelamatkan upacara pengibaran Bendera Merah Putih pada peringatan 17 Agustus di Pantai Mota Ain, Kecamatan Tasifeto Timur, foto bersama para pramugari Batik Air saat terbang ke Jakarta, Sabtu (18/8) untuk bertemu dengan Menpora dan Presiden Joko Widodo. (ANTARA Foto/istimewa) 
"Ia bisa menjadi tauladan bagi generasi muda Indonesia, karena melakukan sesuatu tindakan yang memiliki risiko yang sangat tinggi," ujarnya.

Sebelumnya, aksi Yohanis Gala Marschal Lau menyelamatkan upacara pengibaran Merah Putih di wilayah perbatasan negara dengan Timor Leste itu menyita perhatian publik dan menjadi viral di berbagai jejaring media sosial.

Akibat aksinya itu, pelajar yang akrab disapah Joni itu pun mendapat banjir pujian dari publik termasuk Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi.

Yohanes merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara itu, lahir di Desa Silawan pada 10 Oktober 2004, buah hati dari pasangan Victorino Fahik Marschal dan Lorenca Gama.

Kedua orangtuanya merupakan warga eks Timor Timur yang memilih menetap dan hidup di Indonesia setelah eksodus pada Agustus 1999 pasca referendum di bekas provinsi ke-27 Indonesia itu.

Baca juga: Yohanis: Saya memanjat tiang bendera atas inisiatif sendiri
Yohanis Gala Marschal Lau (tengah) bersama kedua orangtuanya setelah secara ksatria memanjat tiang bendera yang kaitan talinya macet saat upacara bendera memperingati HUT ke-73 Republik Indonesia di Pantai Mota Ain, Desa Silawan, Kabupaten Belu, NTT yang berbatasan dengan negara Timor Leste, Jumat (17/8). (ANTARA Foto/istimewa) 
Yohanis akhirnya diundang secara khusus oleh Menteri Imam Nahrawi ke Jakarta dan dijanjikan untuk menonton salah satu cabang olah raga dalam perhelatan Asian Games 2018.

Ia diterbangkan dari Bandara El Tari Kupang pada Sabtu (18/8) sekitar pukul 08.10 Wita dengan pesawat Batik Air menuju Jakarta bersama kedua orangtuanya serta Dandim 1605/Belu Letkol CZI I Gusti Putu Dwika dan Kapolres Belu AKBP Christian Tobing.