Artikel - Upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin

id BABI

Artikel - Upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin

Usaha peternakan babi diyakini dapat mengubah nasib hidup para petani kecil di Indonesia Timur.

Sejak program itu digulirkan pada 2013 di lima provinsi, yakni NTT, NTB, Papua, Papua Barat dan Jawa Timur hingga Juni 2018, tercatat adanya peningkatan pendapatan rumah tangga miskin di pedesaan sebesar Rp1,4 triliun.
Kupang (AntaraNews NTT) - Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (Prisma), adalah sebuah program yang dilaksanakan atas kerja sama Australia-Indonesia, telah berhasil meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin di Indonesia bagian timur.

Sejak program itu digulirkan pada 2013 di lima provinsi, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat, Papua, Papua Barat, dan Jawa Timur, hingga Juni 2018, tercatat adanya peningkatan pendapatan rumah tangga miskin di pedesaan sebesar Rp1,4 triliun.

"Prisma hadir mulai tahun 2013 dan hingga Juni 2018, Prisma telah berhasil meningkatkan pendapatan sebesar Rp1,4 triliun untuk 221.430 rumah tangga petani kecil di Indonesia bagian timur," kata Principal Business Consultant Prismma Ferdinand Rondong di Tambolaka, Sumba Barat Daya..

Prisma merupakan program multi tahun di bawah Australia-Indonesia Parthnership for Rural Economic Development (AIP-Rural), yang mendukung strategi pembangunan Pemerintah Indonesia mempercepat pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Selain untuk meningkatkan pendapatan, sebanyak 317.717 rumah tangga petani kecil telah mengadopsi informasi mengenai praktik pertanian baru yang inovatif.

Prisma fokus pada sektor pertanian yang memiliki potensi pertumbuhan yang kuat dan menjadi sumber pemasukan yang besar bagi mayoritas petani kecil di Indonesia.

"Program Prisma menawarkan pelayanan di manajemen inovasi, riset pasar, memediasi pasar, dan konsultasi manajemen untuk perusahan swasta dan pemerintah, dan berbagi investasi di mana peluang untuk memasuki pasar cenderung berisiko tinggi," katanya.

Dalam menjalankan strateginya mendukung pengentasan kemiskinan, Prisma bermitra dengan lembaga pemerintah di tingkat lokal dan nasional, sektor swasta, asosiasi bisnis, asosiasi nonprofit, dan institusi riset untuk meningkatkan daya saing.
Stefanus Bulu Laka (kanan) sedang menimbang anakan babi dalam kegiatan pos pelayanan terpadu (Posyandu) di Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, NTT. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan) 
Tujuannya mencapai peningkatan setidaknya 30 persen pendapatan bersih dari 300.000 rumah tangga pertanian kecil di Indonesia bagian timur hingga Desember 2018.

Artinya, melalui program Prisma, Pemerintah Indonesia dan Australia bermitra dengan pemerintah dan wasta untuk memacu pertumbuhan pasar dengan mengatasi kendala yang menghambat produktivitas, kinerja, dan akses pasar bagi para peternak.

Pada sektor peternakan babi, misalnya, Prisma dan para mitra bekerja untuk meningkatkan produktivitas peternak babi melalui pengenalan pakan yang berkualitas serta mendukung pemberantasan virus hog cholera di Nusa Tenggara Timur.

Di NTT, Prisma mempertemukan manajemen PT Malindo Feedmil, Gresik, Jawa Timur, sebuah perusahan yang memproduksi pakan ternak dengan peternak Stefanus Bulu Laka. Mereka berhasil membangun kemitraan yang saling menguntungkan.

Stefanus tidak hanya memanfaatkan pakan tersebut untuk kebutuhan beternak, tetapi juga membentuk kelompok-kelompok peternak baru di desa-desa dan berhasil meningkatkan pendapatan anggota kelompok melalui usaha ternak babi.

Seorang peternak babi, Albertina Leda Kadi, yang ditemui di Desa Kabali Dana, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat, mengaku gembira karena usaha ternak bisa meningkatkan pendapatannya berkat kehadiran program Prisma di daerah itu.

"Saya sangat senang karena dengan kehadiran Prisma, pendapatan saya meningkat dengan sangat pesat dari hasil penjualan ternak babi," kata dia.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumba Barat Daya, Rihimera A Praing. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan) 
Albertina adalah petani kunci dari demo plot yang dibina sub-agen pakan ternak Stefanus Bulu Laka dari PT Malindi yang kini telah sukses dengan pendapatan puluhan juta rupiah per bulan.

Albertina mengaku memulai usahanya setelah bergabung dalam arisan kandang babi yang dirintis Stefanus Bulu Laka sejak Oktober 2017 dan bergabung dengan kelompok arisan pakan babi pada awal 2018.

Dari dua kelompok arisan ini, Albertina telah membantu dirinya dalam meningkatkan penghasilan serta bertukar informasi dengan anggota kelompok lainnya dalam memelihara babi.

Dari dua arisan ini pula, Albertina mengaku telah berhasil memelihara dan menjual dua ekor babi dengan harga Rp7,5 juta dan Rp8 juta. Saat ini, Albertina memiliki empat ekor babi.

Pengakuan sama disampaikan Sesilia Mawo Ede yang mengatakan penghasilan dari menjual babi bertambah setelah bergabung dalam arisan pakan babi dan arisan kandang babi sejak 2017.

"Sebelum bergabung dalam kelompok arisan pakan babi dan kandang babi, pendapatan dari menjual babi sangat sedikit dan waktu pemeliharaan sangat panjang karena hanya mengandalkan pakan tradisional," kata Ede yang juga guru PAUD ini.

Namun, setelah masuknya Prima yang memfasilitasi perusahan pakan babi dari PT Melindo dengan peternak di desa, waktu pemeliharaan babi hanya 6-7 bulan dari sebelumnya 3-3,5 tahun.
Pendiri Posyandu Babi di Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur Stefanus Bulu Laka (kiri) bersama sang istri. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan)
Selain itu, harga jual pun lebih tinggi 4-5 kali lipat dari sebelumnya, yakni dari Rp3 juta menjadi 10-12 juta per ekor.

Oleh karena itu, dia menyampaikan terima kasih kepada Prisma yang telah memberikan kemudahan akses pakan dengan PT Melindo untuk peternak babi di Sumba Barat Daya.

Kepala Unit Komunikasi AIP-Rural Muhammad Karim Wirasaputra menjelaskan kondisi riil di NTT, peternak berpendapatan rendah akibat produktivitas rendah karena kualitas bibit rendah dan kualitas pakan rendah.

Selain itu, pengetahuan terkait dengan kesehatan hewan terbatas dan teknik beternak juga terbatas.

Oleh karena itu, Prisma memfasilitasi agar akses petani peternak ke bibit ternak dan pakan yang berkualitas serta informasi yang tepat tentang cara beternak babi yang baik dan secara otomatis akan meningkatkan pendapatan.

"Kami tidak memberikan kail atau ikan kepada petani seperti kebanyakan orang melakukannya, tetapi kami memfasilitas pemilik kail untuk bertemu dengan petani dan membangun kemitraan agar petani bisa menggunakan akses dalam mengembangkan usaha secara berkelanjutan," katanya.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Allaster Cox sedang berbicara kepada wartawan di Kupang, Selasa (14/8) terkait Malaria. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan) 
Menurut dia, Prisma tidak memberikan ikan yang habis dimakan atau memberikan kail kepada nelayan untuk mencari ikan, tetapi setelah penerima kail sudah tidak ada atau kailnya rusak maka program itu tidak berlanjut lagi.

Prisma mengadopsi pendekatan pembangunan sistem pasar yang didesain untuk meningkatkan efisiensi kerja pasar dan membawa pertumbuhan ekonomi rantai nilai sistem pasar.

"Jadi pendekatan ini bekerja untuk menciptakan perubahan sistemik yang berkelanjutan yang dapat terus berjalan meskipun program telah berakhir," katanya.

Artinya, jika suatu saat Stefanus Bulu Laka sudah tidak ada lagi, program ini tetap berlanjut karena sistem kerja sudah berjalan, kata Muhammad Karim. 
Senior Business Consultan Portfolio IV-Prisma, Gracia Christie Napitupulu. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan)