Distan NTT kembangkan kelor dalam dua klaster

id Pertanian

Distan NTT kembangkan kelor dalam dua klaster

Kepala Dinas Pertanian NTT Yohanis Tay Ruba (ANTARA Foto/Asis Lewokeda)

"Klaster daun kering ini untuk memenuhi kebutuhan industri, sementara klaster daun dan biji untuk konsumsi dalam rangka meningkatkan gizi masyarakat," kata Yohanis Tay Ruba.
Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur Yohanis Tay Ruba mengatakan pengembangan tanaman kelor di daerah ini dilakukan dalam dua klaster, yaitu daun kering dan klaster daun serta biji.

"Klaster daun kering ini untuk memenuhi kebutuhan industri, sementara klaster daun dan biji untuk konsumsi dalam rangka meningkatkan gizi masyarakat," kata Yohanis Tay Ruba kepada Antara di Kupang, Jumat (26/10).

Dia mengatakan hal itu berkaitan dengan pola pengembangan tanaman kelor sebagi sumber devisa baru yang sudah dicanangkan Pemerintahan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat bersama Wakilnya Josef Nae Soi melalui gerakan Revolusi Hijau.

Menurut Yohanis, dua klaster ini akan didorong dengan pola pengembangan yang berbeda, yakni untuk klaster daun, dimulai dengan demplot secara intensif dan terintegrasi dengan menanam sebanyak 10.000 pohon kelor per hektare.

Sebagai langkah awal, pihaknya bersama masyarakat telah menyiapkan lahan demplot seluas 8 hektare di Kabupaten Kupang yang menyebar di Desa Oefafi, Desa Oeteta, dan Desa Pitai.

"Hasil di demplot ini nanti berupa daun kering yang digiling menjadi bubuk kelor untuk keperluan industri yang menghasilkan produk-produk turunan lainnya berbahan dasar kelor," katanya.

Baca juga: NTT ekspor 1.000 ton kelor ke Afrika
Baca juga: Distan NTT latih 100 petani kembangkan kelor


Ia melanjutkan, untuk klaster daun dan biji dikembangkan dengan cara tanaman lorong (alley cropping) yang ditanam di pematang maupun teras milik masyarakat.

Menurutnya, pada pola tanam lorong ini di antaranya juga ditanam jenis pangan lainnya, seperti jagung, buah-buahan, dan kacang-kacangan, sehingga hasilnya nanti dikonsumsi sendiri oleh masyarakat untuk meningkatkan gizinya.

Yohanis mengatakan, saat ini pihaknya sedang menyiapkan road map pengembangan tanaman kelor selama lima tahun ke depan secara menyebar di provinsi berbasiskan kepulauan itu agar menjadi acuan masyarakat.