Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof Ali Ghufron Mukti mengatakan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019 merupakan program berkesinambungan bagi diaspora untuk membangun bangsa.

"Ini merupakan forum bagi diaspora dalam memberikan kontribusi bagi bangsa, terutama dalam melakukan lompatan-lompatan pembangunan untuk peningkatan sumber daya manusia sesuai visi Presiden Joko Widodo," ujar Ghufron di Jakarta, Senin.

Dia menambahkan tidak ada bangsa yang bisa berkembang dengan cepat tanpa penguasaan ilmu pengetahuan teknologi. Oleh karena itu, dia meminta agar diaspora benar-benar berkontribusi dalam peningkatan SDM.

Forum SCKD itu, lanjut dia, bukan hanya sekedar kegiatan biasa saja, melainkan program yang dibangun berkesinambungan, sehingga para diaspora bisa berkontribusi.

"Kami ingin merancang, merencanakan kegiatan diaspora yang lebih sistematik lebih berkelanjutan dan lebih terukur dan memberikan hasil," ujarnya.

Dia juga menjelaskan selama ini paradigma di masyarakat bahwa ilmuwan diaspora harus pulang jika ingin berkontribusi pada Tanah Air. Namun saat ini, kondisi itu sudah berubah yang mana ilmuwan diaspora bisa berkontribusi tanpa harus ke Tanah Air.

"Para diaspora justru bisa berkontribusi dengan menjadi jembatan tanpa perlu pulang ke Indonesia. Jadi, kami berikan pilihan bisa pulang atau tidak harus pulang. Mereka masih tetap di institusi dan negaranya masing-masing. Mereka ini nantinya menjadi jembatan ilmuwan antara ilmuwan dalam negeri dan luar negeri," jelas Ghufron.

Sebanyak 57 ilmuwan diaspora dari sejumlah perguruan tinggi luar negeri dari 15 negara hadir pada program SCKD 2019. SKCD diselenggarakan pada 19 Agustus hingga 25 Agustus.

Baca juga: SCKD akan dihadiri 55 ilmuwan diaspora
Baca juga: Kemenristekdikti ajak 57 ilmuwan diaspora bangun SDM

Pewarta: Indriani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019