Dalam prediksi gempa, fenomena ikan mati tidak pernah dijadikan sebagai dasar dalam ilmu kegempaan maupun bencana tsunami. 
Jakarta (ANTARA/JACX) - Kematian ikan massal di beberapa pantai di Ambon telah menimbulkan banyak spekulasi di antara netizen, di antaranya yang sangat viral adalah mengenai hubungannya dengan gempa dan tsunami.

Salah satu pesan berupa video yang beredar di Facebook mengatakan bahwa matinya ribuan ikan di pantai Hutumuri, Pantai Rutong, Pantai Lehari dan Pantai Hukurila, Ambon, merupakan pertanda akan terjadinya gempa dan tsunami.

Pesan tersebut juga menyebut bahwa telah ada penelitian mengenai kaitan matinya ikan secara massal tersebut dengan terjadinya gempa dan tsunami meskipun tidak dijabarkan secara jelas penelitian apa yang dimaksud.

Klaim: Matinya ribuan ikan merupakan pertanda gempa dan tsunami.
Rating: Salah/Disinformasi

Penjelasan:

Kematian ribuan ikan yang terdampar di pantai tersebut dilaporkan sejak tanggal 12 September 2019 dan pada tanggal 16 September 2019, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menurunkan tim untuk menyelidiki kasus kematian ribuan ikan di pantai-pantai Ambon tersebut.

Tim yang diturunkan terdiri atas ahli oseanografi, geologi laut dalam, ikan plankton dan kimia untuk mengambil sampel di sepanjang pesisir timur hingga selatan pantai Pulau Ambon. 

Pada 19 September 2019, Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) LIPI mengungkapkan kepada media bahwa kematian massal ikan di beberapa kawasan pesisir di Pulau Ambon Provinsi Maluku itu tidak disebabkan oleh ledakan di bawah laut. 

"Kalau ledakan di bawah laut, hasil penelitian kita tidak melihat ada bukti ledakan, kalaupun ada efek belerang dan sega macam kita tidak melihat bukti di ikannya atau di dasar laut," kata Kepala P2LD-LIPI Nugroho D Hananto di sela-sela pertemuan dengan para peneliti dari berbagai instansi dan lembaga perikanan di Ambon, Kamis (19/9).

Sejumlah peneliti dan lembaga seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Pattimura, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), BMKG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku menyampaikan hasil penelitian yang tidak jauh berbeda.

Para peneliti mengungkapkan kematian massal ikan tersebut diduga karena adanya pergerakan masa air atau upwelling, yaitu fenomena naiknya air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar dari dasar laut ke permukaan akibat pergerakan air di atasnya. 

Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ambon juga menyangkal adanya kaitan antara ikan mati dan terjadinya gempa dan tsunami. 

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Ambon, Andi Azhar, memberikan klarifikasi bahwa tidak ada keterkaitan antara fenomena ikan mati dan kejadian gempa bumi dan tsunami.

Selain itu, Andi juga menegaskan bahwa dalam prediksi gempa, fenomena ikan mati tidak pernah dijadikan sebagai dasar dalam ilmu kegempaan maupun bencana tsunami. 

Karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak perlu risau dan panik dengan berbagai isu dan informasi yang beredar sebelum ada hasil uji ilmiah yang menyatakan demikian. 
 
Tangkap layar Laporan Isu Hoaks Harian Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika tentang informasi salah (hoaks) kematian massal ikan di pesisir Ambon adalah pertanda gempa dan tsunami.


Cek fakta: BMKG: Fenomena ikan mati tidak dijadikan dasar ilmu kegempaan

Cek fakta: Kematian massal ikan di Ambon disebut LIPI bukan karena ledakan

Cek fakta: LIPI himpun hasil penelitian kematian massal ikan di pesisir Ambon

Cek fakta: LIPI teliti penyebab kematian ikan di pesisir Ambon

Cek fakta: BMKG minta warga Ambon tak terpancing isu tsunami terkait ikan mati

Cek fakta: Kematian ikan di Pantai Ambon bukan pertanda akan gempa dan tsunami

Cek fakta: BKIPM Ambon uji sampel dari ribuan ikan mati

Cek fakta: Warga pesisir Ambon khawatir tsunami datang setelah ribuan ikan mati

Cek fakta: DKP Ambon analisa ikan mati di pantai Rutong


 

Pewarta: Tim JACX dan Kominfo
Editor: Panca Hari Prabowo
Copyright © ANTARA 2019