saya tidak melihat adanya hambatan dalam program penerapan bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) ini
Bali (ANTARA) - Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan memastikan keberterimaan industri otomotif lancar untuk penerapan biodiesel B20 selama ini.

"Jadi kami optimis program B30 mulai Januari 2020 dapat berjalan dan bahan baku siap menopangnya," terangnya saat jumpa pers di sela konferensi minyak sawit "15th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2019 and 2020 Price Outlook" di Nusa Dua Convention Center, Bali, Jumat.

Diakui Paulus, selama ini Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) serta asosiasi lainnya untuk alat berat selalu diikutsertakan dalam riset hingga ujicoba biodiesel.

"Jadi kita tidak jalan sendiri tetapi bersama-sama yang lain juga. Sehingga saya tidak melihat adanya hambatan dalam program penerapan bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) ini," katanya.

Baca juga: Aprobi dukung percepatan mandatori biodiesel

Pemerintah Indonesia memang tengah mendorong industri kendaraan bermotor dan alat besar bermesin seperti alat berat dan lainnya agar dapat menghasilkan teknologi yang menggunakan Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan campuran di atas 20 persen (B20) hingga 100 persen (B100).

Tujuannya tidak bukan guna penambahan konsumsi biodiesel di pasar dalam negeri semakin meningkat, sehingga menyerap produksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia yang melimpah.

Biodiesel merupakan hasil pencampuran minyak nabati kepala sawit pada produk akhirnya yang disebut Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Jika campurannya biodiesel 20 persen dan solar 80 persen artinya disebut B20. Namun jika biodiesel 30 persen dan solar 70 persen disebut (B30) dan seterusnya hingga B100 (green diesel).


Baca juga: Asosiasi produsen biodisel siap kembangkan B20
 
Henri J. Bardon dari Alvari Group saat menjadi pembicara di Indonesian Palm Oil Conference 2019. (antara/foto/firman)


Sementara Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Dono Boestami juga menyampaikan, sosialisasi ke konsumen pelaku industri otomotif berjalan maksimal untuk penerapan B30 tahun depan.

Apalagi selama ini, kata dia, terbukti biodiesel emisinya rendah karena sifatnya mudah terurai, sehingga mengurangi efek gas rumah kaca. Selain dari sisi lingkungan, kinerja biodiesel juga lebih bagus dibanding solar murni berdasarkan sejumlah ujicoba yang telah dilakukan hingga penerapannya secara luas.

"Semuanya menyambut positif. Jadi kita bersama regulator di Kementerian ESDM mendukung seluruh kegiatannya, termasuk tes kita bantu pembiayaannya. Bahkan kalau menuju green diesel kita dukung penuh," tuturnya.


Baca juga: Minyak sawit potensial dikembangkan sebagai bioenergi di Indonesia
Baca juga: KESDM sebut uji jalan penggunaan B30 lolos seluruh aspek kendaraan


Pada prinsipnya, kata Dono, BPDPKS  ditugaskan pemerintah guna memastikan industri minyak kelapa sawit dapat terus berjalan dengan beragam inovasinya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas.

"Fokus utama kita tentu mensejahterakan petani sawit. Karena ini penting menyangkut 17 juta rakyat Indonesia yang bergantung pada industri ini," ujarnya.

Sedangkan pembicara lain yang turut hadir pada sesi pertama di hari kedua gelaran IPOC 2019 yaitu Dr. I.G.B Ngurah Makertihartha dari Institut Teknologi Bandung, Dr. Djoko Siswanto dari Komite Energi Nasional serta Henri J. Bardon dari Alvari Group.

Pewarta: Firman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019