Jakarta (ANTARA) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) ditunjuk menjadi pusat kolaborasi oleh Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency /IAEA) karena dianggap memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bidang uji tak rusak nuklir, kata Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir BATAN Suryantoro.

"Alasannya adalah karena BATAN punya kemampuan, punya expertise, dan pengalaman untuk melakukan Non Destructive Investigation (NDI). Pengalaman didapat karena punya pengalaman dalam NDI," ujar Suryantoro dalam konferensi pers yang diadakan Hotel Kristal di Jakarta Selatan pada Selasa.

NDI atau uji tak rusak adalah serangkaian kegiatan pengujian atau inspeksi untuk memastikan bahwa material, struktur, dan komponen dapat berfungsi sesuai yang dipersyaratkan.

Baca juga: BATAN dan Pemkab Klaten hasilkan dua varietas unggul padi rojolele
Baca juga: Teknologi nuklir uji tak rusak diperkenalkan BATAN


Selain ditunjuk oleh IAEA menjadi pusat kolaborasi uji tak rusak, BATAN juga dipilih untik menjadi pusat kolaborasi bagi pemuliaan tanaman menggunakan radiasi nuklir.

Hal itu menyebabkan banyak pihak dari negara-negara lain yang berada di bawah IAEA untuk mengirimkan ilmuwannya untuk mendapatkan pelatihan di BATAN.

Negara-negara itu datang dari benua Afrika, Asia Pasifik dan Timur Tengah dan itu menunjukkan bahwa penunjukkan IAEA membuat Indonesia menjadi salah satu pusat pelatihan pakar untuk uji tak rusak.

NDI juga menunjukkan bahwa isu nuklir tidak hanya dalam perihal sektor energi seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), tapi juga nuklir dapat dimanfaatkan untuk sektor lain seperti pertanian, manufaktur, kesehatan dan lingkungan hidup.

Dalam sektor pertanian, BATAN berhasil mengembangkan varietas padi Rojolele yang waktu panennya berhasil diperpendek untuk mempercepat produksi.

Baca juga: BATAN satu-satunya pusat kolaborasi teknologi nuklir dunia
Baca juga: Pakar sebut pemerintah harus mulai kembangkan sektor energi nuklir


Di bidang kesehatan, BATAN berhasil mengembangkan alat kesehahan dan produksi radioisotop untuk bidang kedokteran membantu mendeteksi beberapa penyakit.

"Ini adalah sesuatu yang membanggakan ketika ditunjuk oleh Badan Tenaga Atom Internasional. Saya yakin peneliti-peneliti di BATAN akan mengembangkan terkait NDI ini dengan baik," ujar dia.

Tugas BATAN, menurut Suryantoro, sebagai pusat kolaborasi adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang NDI dan juga membuat jejaring sehingga uji tak merusak dan analisis nuklir yang ada bisa dimanfaatkan di Indonesia dengan maksimal.

Salah satunya adalah ketika BATAN mengadakan mengenalkan pemanfaatan teknologi nuklir di bidang uji tidak merusak kepada para pengembang teknologi dengan para pengguna, regulator (penentu kebijakan), dan penyedia jasa NDI.

Baca juga: Batan lakukan hilirisasi riset guna tingkatkan perekonomian daerah
Baca juga: Peneliti senior Batan akui keunggulan desain pembangkit Thorcon

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019