Pemberlakuan normal baru di beberapa wilayah, termasuk dimulainya olahraga dan wisata, harus dibarengi dengan penggunaan BBM dengan RON tinggi yang ramah lingkungan, kalau tidak, justru meningkatkan risiko gangguan kesehatan, antara lain COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan dr.Sofyan Tan menyatakan bahan bakar minyak (BBM) dengan kadar Research Octane Number (RON) tinggi akan membuat udara lebih bersih dan sehat, antara lain karena kadar PM 2.5 dan CO berkurang, sehingga meningkatkan pula kesehatan paru-paru.

"Kalau paru-paru sehat, otomatis memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap virus-virus yang menyerang paru-paru, termasuk corona," katanya  di Jakarta, Jumat.

Menurut dia pemberlakuan normal baru di beberapa wilayah, termasuk dimulainya olahraga dan wisata, harus dibarengi dengan penggunaan BBM dengan RON tinggi yang ramah lingkungan, kalau tidak, justru meningkatkan risiko gangguan kesehatan, antara lain COVID-19.

Sebaliknya, lanjutnya, jika banyak kendaraan mengonsumsi BBM RON rendah, karena pembakaran tidak sempurna akibat pemakaian BBM RON rendah akan meningkatkan emisi gas buang kendaraan bermotor dan juga partikel debu.

"Partikel-partikel tersebut bisa mengisi alveolus. Akibatnya kemampuan paru-paru untuk mengikat oksigen akan berkurang. Beban paru-paru semakin berat," katanya.

Itu sebabnya, kataSofyan yang juga anggota Komisi X DPR itu, saat ini merupakan momen yang tepat untuk beralih ke BBM dengan oktan tinggi. Penggunaan BBM ramah lingkungan tersebut, menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin hidup bersih dan sehat, terhindar dari penyakit.

"Pemakaian BBM RON tinggi juga menjadi kesempatan masyarakat. Mereka tidak hanya memerhatikan kebersihan dan kesehatan pribadi, tetapi juga lingkungan di sekitarnya," katanya.

Pemilihan bahan bakar yang tepat, kata dia, memang berdampak pada masyarakat luas, karena, hampir semua sektor terkait erat dengan transportasi.

"Ketika olah raga dan beberapa tempat wisata mulai dibuka, misalnya, mereka menggunakan transportasi. Berarti orang-orang yang mobilitasnya tinggi, sangat rentan terhadap kondisi lingkungan, seperti tingkat kebersihan udara," demikian Sofyan Tan.

Baca juga: Kemenkes: BBM oktan rendah berbahaya bagi kesehatan

Baca juga: Kendaraan BBG 90 persen lebih ramah lingkungan dibanding BBM

Baca juga: YLKI minta harga BBM ramah lingkungan lebih terjangkau

Baca juga: Pengamat: Saatnya masyarakat ubah perilaku penggunaan BBM

Pewarta: Subagyo
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020