Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Puluhan warga di Kampung Ciherang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat memilih meninggalkan rumahnya dan mengungsi ke tempat lain akibat dampak bencana pegerakan tanah yang semakin meluas di daerah tersebut.

"Sejumlah warga terpaksa harus mengosongkan rumah karena khawatir dengan kondisi bencana pergerakan tanah ini di Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalndung, bahkan ada juga yang mengungsi ke gdung SD," kata Relawan ProBumi Indonesia Asep Has di Sukabumi, Kamis.

Baca juga: Pergerakan tanah sebabkan belasan rumah di Cibadak Sukabumi rusak

Menurutnya dari hasil koordinasi terkait pendataan dengan Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Nyalindung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi bencana pergerakan tanah ini paling parah terjadi di RT 01 dan 02, RW 02, Kampung Ciherang.

Sesuai data P2BK Nyalindung pergerakan tanah di Kampung Ciherang RT 01 sebanyak tujuh rumah yang dihuni 20 jiwa dikosongkan pemiliknya karena terdampak dan sudah terjadi retakan di beberapa bagian rumahnya.

Baca juga: Jalan penghubung antarkampung di Sukabumi putus oleh pergerakan tanah

Kemudian empat rumah yang diisi 12 jiwa juga dikonsongkan meskipun kondosonya baru terancam dan ada 12 rumah yang terancam dengan jumlah penghuni 43 jiwa yang masih ditinggali pemiliknya. Sehingga total pengungsi di RT 01 sebanyak 32 jiwa.

Selanjutnya di RT 02 sebanyak lima rumah yang terdampak pegerakan tanah yang dihuni 14 jiwa sudah dikosongkan pemiliknya, selajutnya 13 rumah statusnya terancam yang berisi 57 jiwa juga sudah ditinggalkan untuk mengungsi ke rumah saudaranya.

Baca juga: BPBD Sukabumi dirikan tenda pengungsian di lokasi pergerakan tanah

Sementara, 28 rumah yang terancam bencana pergerakan tanah yang yang dihuni 89 jiwa, penghuninya masih tetap bertahan, namun sudah diberikan imbauan agar selalu waspada karena retakan tanah semakin meluas dan kondisinya semakin dalam.

"Untuk warga yang memilih mengungsi di bangunan SD yang tidak jauh dari lokasi bencana sebanyak 19 jiwa dengan rician enam orang dari RT 01 dan RT 02 13 orang," tambahnya.

Baca juga: Korban pergerakan tanah bertahan di tenda pengungsian

Asep mengatakan bencana pergerakan tanah ini diperkirakan akan semakin meluas karena setiap harinya ditemukan retakan tanah baru. Selain merusak rumah warga dan fasilitas umum lainnya, bencana ini juga merusak lahan pertanian dan sumber air karena ikut amblas.

Pertgas dari BPDB, pemerintah desa dan unsur lainnya sudah melakukan pemeriksa ke lokasi bencana, kemungkinan jika dilihat dari kondisinya warga terpaksa harus direlokasi, tetapi semua itu dikembalikan kepada keinginan warga. (KR-ADR)

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021