Jakarta (ANTARA) -
Nawal el-Saadawi, psikiater dan penulis Mesir yang telah membuat lebih dari 55 buku meninggal dunia di RS Kairo setelah lama sakit. Ia meninggal pada usia 89 tahun, Minggu.
 
Pada Sabtu, putri Saadawi meminta negara untuk membayar biaya rumah sakit yang tinggi setelah ia menderita patah tulang pinggul
 
"Saya tidak peduli tentang kritik akademik, atau orang yang menulis ulasan kritik. Saya tidak pernah dianggap oleh mereka atau pemerintah," kata feminis radikal itu kepada AFP pada 2015.

Saadawi pernah dipenjara oleh Presiden Anwar Sadat yang vokal mengenai ketidaksetaraan antara perempuan dan lelaki.
 
Dia mengatakan anak muda di Mesir telah memberikannya pengakuan dan cinta, kata penulis yang bukunya sudah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa, termasuk "Women and Sex".
 
Saadawi dikenal karena mengecam female genital mutilation atau sunat perempuan yang dialaminya sendiri. Dalam otobiografinya, dia menulis luka mendalam yang tertinggal di dalam tubuhnya tidak pernah sembuh.
 
Penulis yang bercerai tiga kali juga menentang Ikhwanul Muslimin Mesir, yang dia tuduh membajak revolusi negara itu pada tahun 2011.
 
Pandangan sang penulis berulang kali menimbulkan konflik dengan otoritas, dia pernah dipenjara selama tiga bulan pada 1981. Momen di penjara menginspirasi dia menulis novel "Women at Point Zero". Dia juga target dari militan Islam. Namanya ada di daftar orang yang diincar nyawanya, termasuk di dalamnya Naguib Mahfouz yang ditikam dan terluka dalam usaha pembunuhan pada 1994.
 
Penulis yang punya dua anak ini mengatakan, "saya bisa mendeskripsikan hidup saya sebagai hidup mengabdi untuk menulis, walau saya seorang dokter. Meski banyak tantangan, saya terus menulis.



Baca juga: Aktivis feminis di Meksiko tuntut keadilan soal penculikan perempuan

Baca juga: Dior persembahkan kampanye musim gugur untuk seniman feminis

Baca juga: Kanada soroti isu gender dalam dukung UMKM ASEAN di tengah pandemi

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021