Rancangan konsentrator oksigen ini bertujuan  mengisi kekosongan oksigen di lapangan
Jakarta (ANTARA) - IPB University merancang konsentrator oksigen sebagai respons atas kelangkaan oksigen medis di lapangan imbas melonjaknya angka penularan COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.

"Rancangan konsentrator oksigen ini bertujuan  mengisi kekosongan oksigen di lapangan. Semoga minggu ini bisa kita selesaikan produknya. Sudah juga dirancang untuk instalasi oxygen concentrator plant yang digunakan untuk memproduksi oksigen di rumah sakit sehingga kita tidak perlu lagi isi ulang," ujar Rektor IPB University Arif Satria dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Wali Kota Bogor minta pasien COVID-19 diisolasi di Asrama IPB ditambah

Dalam berbagai literatur, konsentrator oksigen bekerja sebagai penyaring udara, lalu mengompresnya ke kepadatan yang diperlukan. Kemudian, mengirimkan oksigen kadar medis yang dimurnikan ke dalam sistem pengiriman dosis-pulsa atau sistem aliran berkelanjutan ke pasien.

Alat ini dilengkapi dengan filter khusus  yang membantu menghilangkan nitrogen dari udara untuk memastikan pengiriman oksigen yang dimurnikan sepenuhnya kepada pasien.

Baca juga: IPB University: Kolaborasi kunci penyusun revisi RPP Rajungan

Perangkat ini juga dilengkapi dengan antarmuka pengguna elektronik sehingga dapat menyesuaikan tingkat konsentrasi oksigen dan pengaturan laju oksigen. Kemudian pasien menghirup oksigen melalui kanula (selang) hidung atau masker khusus.

"Kan sebenarnya oksigen di udara banyak, kita menangkap itu agar bisa digunakan oleh para pasien. Sekarang sudah tahap perakitan, Insya Allah hari Jumat akan diujicoba. Apabila sudah sesuai, Insya Allah akan kita produksi," kata Arif.

Baca juga: Kebutuhan oksigen Indonesia naik lima kali lipat jadi 2.000 ton/hari

Baca juga: Menko PMK dorong perguruan tinggi hasilkan konsentrator oksigen


Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya yang meninjau Asrama IPB University sebagai lokasi isolasi mandiri menyambut baik inovasi yang tengah dikembangkan IPB.

"Kebutuhan oksigen ini luar biasa. Kalau kata Pak Presiden nafas kita harus panjang ke depan. Kita akan hitung sekarang, kapasitas produksinya berapa antara IPB University dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)," katanya.

Asrama IPB yang digunakan sebagai tempat isoman memiliki kapasitas 184 tempat tidur. Saat ini baru terdapat 67 pasien yang tengah menjalani isoman.

Beberapa fasilitas yang disediakan di Asrama IPB University dalam menunjang keberhasilan isoman seperti makan tiga kali sehari, snack dua kali sehari, masker setiap hari, sabun cuci baju dan tempat berjemur. Seluruh pasien akan dilayani oleh nakes yang dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD) level 3.

Baca juga: Pemerintah akan impor oksigen konsentrator untuk dipinjamkan ke warga

Baca juga: Indonesia terima bantuan 1.000 ventilator dari Australia


 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021