Jayapura (ANTARA) - Papua dikenal sebagai surga kecil jatuh ke bumi, tak hanya dari keindahan alam yang eksotis tapi juga dalam hal bermasyarakat sebenarnya mereka kental menjaga rasa persatuan meski berbeda- beda.

Namun sayangnya masih banyak stigma negatif yang melekat terhadap persatuan di Tanah Papua, padahal jika anda mengalami langsung rasa persatuan dalam perbedaan di kawasan paling timur Indonesia itu sangatlah kaya dan kental.

Sebagai contoh hal itu tercermin pada pengalaman para pemeluk keyakinan minoritas yaitu Hindu dan Budha yang mulai masuk sekitar 1970-an di Negeri Mutiara Hitam itu.

Kedua agama itu mulai masuk dan mendirikan tempat ibadah di Papua karena di era itu Pemerintah dengan gencar mengirimkan para pegawainya untuk mengabdi di Bumi Cenderawasih.

Pendekatan humanis dan juga mengedepankan kearifan lokal menjadi kunci kedua agama tersebut bisa diterima oleh masyarakat Papua sehingga hingga kini bisa terus berdampingan.

Contohnya seperti para penganut keyakinan Hindu di Pura Agung Surya Buana yang diterima masyarakat Papua sebagai “Bali kecil” yang memberikan ketenangan.

Terletak di Kota Jayapura, Pura Agung Surya Buana sudah menjadi pusat peribadatan umat Hindu di Jayapura sejak 1978.

Awalnya para pendatang dari Jawa dan Bali yang rutin mengikuti ibadah di Pura Agung Surya Buana, namun lambat laun seiring dengan beradaptasinya para pendatang dan membaur dengan masyarakat setempat tak sedikit akhirnya dari mereka mengikat janji setia lewat pernikahan.

Masyarakat setempat yang melakukan pernikahan dengan pendatang meski jumlahnya tak banyak akhirnya ikut memeluk agama Hindu.

Dari percampuran dua budaya yang berbeda itu, menariknya tak ada penolakan atau kebencian dari masyarakat asli Papua.

Masyarakat yang masih memegang teguh budaya di Tanah Papua dengan tangan terbuka menerima para umat Hindu yang memiliki keyakinan berbeda.

Justru dengan kehadiran Pura Agung Surya Buana masyarakat Papua mendapatkan ilmu baru terkait keberagaman budaya nusantara.

“Jadi masyarakat setempat juga tidak jarang melakukan wisata religi ke Pura ini. Biasanya anak- anak sekolah datang kesini bertanya dan mengenal seperti apa umat Hindu beribadat, mereka menjadikan Pura ini sebagai ladang menerima ilmu dan budaya,”kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) provinsi Papua I Komang Alit Wardhana saat ditemui ANTARA.

Pura Agung Surya Buana telah ditetapkan sebagai Padma Buana Nusantara, maka dari itu pada saat pemugaran di 2006 lukisan- lukisan di bagian depan tempat semua orang melihat pertama kali kemegahan Pura Agung Surya Buana ditambahkan sentuhan khas Papua.

Tujuannya untuk menghormati dan menghargai kebudayaan dari kawasan paling timur di Indonesia itu.

I Komang Alit Wardhana pun menyebutkan lewat sentuhan simbolis itu keindahan persatuan dalam perbedaan di tanah Papua bisa terlihat dan tergambar dengan indah di Pura Agung Surya Buana.

Baca juga: PWNU: Pendekatan kultural di Papua terus diwariskan melalui pendidikan

Selanjutnya : Vihara Arya Dharma

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021