Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Ismail Sabri bin Yaakob, Rabu (10/11) siang bertemu Presiden Joko Widodo. Ini merupakan lawatan pertama Perdana Menteri, sejak dilantik 21 Agustus 2021 lalu. Kunjungan kenegaraan ini melanjutkan tradisi para pemimpin kawasan ASEAN sebelumnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut PM Ismail Sabri di Istana Bogor, Jawa Barat. Istana berarsitektur Belanda ini dibangun 1817. Luasnya 1,5 hektar. Ratusan rusa bermain di halaman istana, di antara air mancur. Istana ini berada di kawasan Kebun Raya Bogor dengan ribuan pepohonan bermacam jenis dan berusia ratusan tahun.

PM Ismail Sabri dengan kawalan, disambut tarian dan musik setiba di Istana. Presiden Jokowi menunggu di depan tangga Istana. Setelah mendengarkan lagu nasional kedua negara, Ismail Sabri dan Jokowi memeriksa barisan dan memperkenalkan sejumlah menteri yang hadir. Keduanya kemudian masuk istana dan melakukan pembicaraan.

Penyambutan PM Ismail Sabri di Istana Bogor ini berbeda ketika menyambut PM Muhyiddin Yasin pada 5 Februari 2020. PM Muhyiddin disambut di Istana Merdeka, Jakarta. Selama menjadi Presiden, Jokowi lebih sering menyambut tamu negara di Istana Bogor, di antaranya menyambut Raja Swedia, Carl XVI pada 2017, PM Australia Scott Morrison (2018), Perdana Menteri Jepang Suga Yoshihide (2020), Presiden Singapura Halimah Yacob (2020), dan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte.

Baca juga: Pertemuan Presiden Jokowi-PM Malaysia Dato Sri Ismail bahas empat hal

“Kunjungan Bapak Perdana Menteri Dato’ Sri Ismail Sabri ini merupakan kehormatan bagi saya dan juga rakyat Indonesia. Sebagai bangsa serumpun, kita akan memperkuat kerja sama, saling menghormati. Kami berbicara sangat terbuka dan bersahabat,” kata Jokowi kepada wartawan setelah kedua pemimpin membahas berbagai topik.

Menyambut pidato Jokowi tersebut, PM Ismail Sabri menyatakan,”Saya sangat gembira atas sambutan Bapak Presiden Joko Widodo yang begitu mesra kepada saya. Sebagai negara jiran yang rapat, dengan nilai budaya dan sejarah, hubungan Malaysia dan Indonesia sangat istimewa,” kata Ismail Sabri memberi sambutan.

Dalam pertemuan di Istana Bogor, PM Ismail Sabri dan Presiden Jokowi membahas berbagai persoalan, di antaranya kemungkinan membuka kembali pelancongan setelah melandainya pandemi Covid-19. Kedua pemimpin sepakat untuk membuka pintu masuk kedua neggara secara bertahap.

“Awal ini mungkin kita mulakan lewat Kuala Lumpur-Jakarta-Kuala Lumpur, dan Kuala Lumpur-Bali-Kuala Lumpur. Jadi InshaAllah segera dipercepatkan urusan detailnya. Saya sudah bersetuju supaya joint statement kita buat untuk kita mengumumkan pembukaan border antara Malaysia dengan Indonesia,” kata Sri Ismail. Kedua pemimpin juga membahas soal tenaga kerja, pelaburan, perbatasan dua negara, juga soal Myanmar.

Sehari sebelum bertemu Presiden Jokowi, PM Ismail Sabri ramah tamah dengan 15 pemimpin redaksi media terkemuka Indonesia di Jakarta. Hadir di antaranya, Pemimpin Redaksi Kompas, LKBN Antara, Kompas TV, Republika, CNN Indonesia, MetroTV, TVOne, Kumparan.com, Detik.com, Tempo, dan The Jakarta Post.

Dari Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI) hadir Ilham Bintang, N Syamsuddin Ch Haesy, dan saya sebagai Ketua ISWAMI Indonesia. Sedangkan PM Ismail Sabri didampingi Menteri Keuangan Tengku Zafrun bin Abdul Azis dan Menteri Luar Negara Dato’ Syaifuddin bin Abdullah.

Pertemuan ini menarik. PM Ismail Sabri – politisi yang berasal dari masyarakat biasa – sangat tangkas dalam menjawab berbagai pertanyaan pemimpin redaksi yang kritis. PM Ismail menguasai masalah, dari persoalan COVID-19, sempadan, hubungan dengan Indonesia, tenaga kerja, hingga konflik-konflik politik di Malaysia.

“Kondisi politik di Indonesia sudah stabil, kini situasi berpindah ke Malaysia. Dalam dua tahun ini, terjadi tiga kali pergantian Perdana Menteri. Saya pun belum tahu satu dua bulan nanti,” ujarnya menjawab pemimpin redaksi.

Baca juga: PM Malaysia harap ada daftar budaya bersama dengan Indonesia

Jawaban tersebut ringan saja, tanpa beban. Ini memberi kesan bahwa kekuasaan bagi Ismail Sabri adalah amanah. Ia bekerja serius dalam situasi yang tidak mudah karena Covid-19 yang berdampak pada ekonomi, dan juga politik yang belum sepenuhnya stabil.

PM Ismail Sabri juga memahami peran media dalam hubungan kedua negara. Ia bertemu pemimpin redaksi tidak lama setelah tiba di Jakarta.

“Media sangat berperanan penting dalam menjaga hubungan Malaysia dan Indonesia agar kedua-dua negara tetap harmonis. Kita negara serumpun dengan nilai budaya dan sejarah. Sebagian warga Malaysia berasal dari keturunan Indonesia, di antaranya ada yang dari Minang, Bugis, dan Jawa. Menantu saya pun berasal dari Manado,” kata PM Ismail Sabri.

Menantu PM Ismail Sabri bernama Dato’ Jovian Mandagie, salah seorang desainer yang dikenal luas di Malaysia dan Indonesia. Suami dari Nina Sabrina ini merupakan keturunan campuran Manado, Arab, dan Cirebon.

PM Ismail Sabri selanjutnya mengatakan, isu-isu yang timbul antrkedua negara, dapat diselesaikan secara kekeluargaan. “Saya yakin hubungan silaturrahim yang telah lama terjalin ini akan terus berkekalan dengan kesepakatan media kedua-dua negara,” katanya.

Ismail Sabri dilahirkan di Temerloh, Pahang, 18 Januari 1960. Karier politiknya dimulai sebagai anggota Dewan Rakyat pada 2004, kemudian terus meningkat menjadi menteri semasa Perdana Menteri Abdullah Badawi dan Najib Razak hingga kekalahan Barisan Nasional (BN) pada pemilihan raya 2018. Pengalaman politik dari berbagai era, mengantarkan Ismail Sabri sebagai Wakil Perdana Menteri, yang kemudian menduduki puncak kejayaannya sebagai Perdana Menteri.

Baca juga: Indonesia-Malaysia sepakat membuka koridor perjalanan antarnegara

Peran ISWAMI
Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI) berdiri 13 tahun lalu. Para tokoh-tokoh media kedua negara, di antaranya Tan Sri Johan Jaaffar, Dato’ Chamil Wariya, Zakaria Abdul Wahab, Zulkifli Hamzah, Zulkifli Salleh, Azman Ujang, Sabaruddin Ahmad, dan Nasir Yusoff (Malaysia) bersama Tarman Azzam (alm), Saiful Hadi Chalid (alm), llham Bintang, N Syamsuddin Ch Haesy, dan Asro Kamal Rokan (Indonesia) bersepakat mendirikan ISWAMI.

Tokoh wartawan dua negara tersebut terpanggil untuk menjembatani hubungan kedua negara serumpun tersebut. Dalam berbagai kasus, di antaranya soal Ambalat, batik, batas simpadan, tenaga kerja, olah raga, masyarakat kedua negara berkonflik. Dalam tataran pemerintahan (goverment to goverment) hubungan kedua negara berjalan baik. Namun dalam tataran people to people, suasana berubah.

Dalam kasus sengketa Ambalat pada 2005, misalnya, demonstrasi hampir terjadi setiap hari di Kedutaan Malaysia di Jakarta. Demonstran membakar bendera dan bertindak anarkis. Kondisi ini mempengaruhi hubungan kedua kerajaan. ISWAMI mengambil prakarsa untuk meredakan ketegangan. Berbagai pertemuan media dilakukan dan mendorong kedua kerajaan untuk cooling down.

Riak-riak hubungan kedua negara tentu tidak dapat dihentikan sama sekali. Selain karakter media, hubungan Indonesia dan Malaysia sebagai tetangga terdekat dengan kultur yang sama, tentu akan ada gesekan. Namun dengan pemahaman yang sama, gesekan tidak menjadi benturan. Inilah adab bertetangga.

Saat ini, ISWAMI Malaysia dipimpin Abdul Rashid Yusof, sedangkan saya memimpin ISWAMI Indonesia, meneruskan kepemimpinan Saiful Hadi Chalid (almarhum). Pertukaran informasi, silaturahim, saling memahami, terus berlangsung dengan sangat baik. Dan, PM Ismail Sabri memberikan apresiasi atas hubungan media kedua negara.

“Saya yakin hubungan silaturrahim yang telah lama terjalin ini akan terus berkekalan dengan kesepakatan media kedua-dua negara,” kata PM Ismail Sabri saat bertemu para pemimpin redaksi media-media utama di Jakarta, Selasa (9/11/21).

Kepada PM Ismail Sabri, dalam kata pengantar dialog, saya katakan,”Ibarat air, hubungan kedua negara tidak putus dicincang.”

Bersaudara, berdialog, saling memahami, jauh lebih indah daripada bertikai. Hindari riak menjadi ombak.

*) Asro Kamal Rokan adalah Ketua ISWAMI Indonesia
 

Copyright © ANTARA 2021