Jakarta (ANTARA) - Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghasilkan inovasi beras fortifikasi kaya vitamin dan mineral untuk meningkatkan asupan gizi dan mendukung kesehatan masyarakat.

"Beras premium itu mengandung vitamin-vitamin. Karena ini dalam rangka COVID-19, kita tambahkan vitamin untuk imunomodulator juga," kata Penanggung Jawab Bidang Kesehatan dan Pangan OR PPT BRIN, Soni Solistia Wirawan dalam webinar sebagai rangkaian kegiatan Gelar Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan dan Pangan 2021 pada hari kedua di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Balitbangtan kenalkan susu beras fortifikasi untuk cegah kekerdilan

OR PPT melaksanakan kaji terap teknologi fortifikasi beras dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Proses yang dilakukan adalah dengan menambahkan berbagai vitamin, yakni vitamin A, B1, B3, B6, B9, B12 dan mineral, yaitu zat besi dan zink ke dalam tepung beras.

Selanjutnya, campuran bahan tersebut dibulirkan menjadi buliran seperti beras menggunakan teknologi ekstrusi yang menggunakan alat extruder.

Beras hasil pembuliran itu disebut Kernel Beras Terfortifikasi (FRK), yang akan dicampurkan dengan beras biasa dengan perbandingan 1 bagian FRK dan 99 bagian beras biasa, yang berarti dosis FRK 1 persen.

Pencampuran FRK dan beras biasa tersebut menjadi beras terfortifikasi yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.

Soni menuturkan vitamin dan mineral dalam beras terfortifikasi bersifat stabil, dan beras dapat dicuci sebelum ditanak.

OR PPT bersinergi dengan Perusahaan Umum (Perum) Bulog untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional, dengan teknologi yang mampu menghasilkan produk FRK lokal yang lebih efektif, lebih murah serta mampu menggantikan produk FRK impor.

Baca juga: Pakar pertanian Unsoed dukung beras fortifikasi yang disediakan Bulog

Baca juga: Bulog sosialisasikan kementerian beras fortifikasi cegah stunting


Selain itu, OR PPT dan mitra juga telah mengembangkan mi yang terbuat dari sagu, yang diberi nama Sagomee, dengan memanfaatkan sagu lokal yang sesungguhnya melimpah di Indonesia.

Mi dari sagu tersebut diharapkan dapat menjadi substitusi terhadap mi terigu, karena terigu selama ini diimpor. Dengan penggunaan tanaman lokal dalam memproduksi mi tersebut, diharapkan dapat berkontribusi mengurangi ketergantungan impor bahan baku.

Inovasi produk pangan tersebut diharapkan dapat menjadi pangan alternatif bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan asupan gizi dan bisa lebih banyak menyebar di pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021