Washington (ANTARA News) - Para peneliti di Amerika Serikat (AS) menemukan bakteri yang umumnya ada di mulut dapat memicu kanker kolon dan rektum.

Kantor berita Xinhua melansir dari dua penelitian yang diterbitkan di jurnal Cell Host & Microbe, bahwa mikroorganisme "fusobacteria" yang ditemukan di mulut dapat merangsang respon kekebalan yang buruk dan menumbuhkan gen kanker untuk membentuk tumor kolon dan rektum.

Kanker kolon dan rektum adalah kanker yang menyerang usus besar dan rektum. Penyakit tersebut merupakan kanker peringkat 2 yang mematikan di AS.

Penelitian terbaru menunjukkan "fusobacteria" dari mulut sangat banyak ditemukan pada jaringan pasien yang terkena kanker kolon dan rektum meski demikian belum diketahui apakah bakteri tersebut berkontribusi dalam pembentukan tumor.

Professor Yiping Han dari Case Western Reserve University School of Dental Medicine dan timnya menemukan "fusobacteria" mengandalkan sebuah molekul bernama FadA, yang ditemukan di permukaan sel bakteria tersebut, guna menempel dan menyerang sel kanker kolon dan rektum manusia.

FadA kemudian menyalakan gen pertumbuhan kanker dan merangsang respon inflamasi dalam sel-sel dan meningkatkan pembentukan tumor.

Tim Profesor Han juga menemukan level gen FadA 10 hingga 100 kali lipat lebih tinggi di pasien prakanker dan polip usus ganas dari pada yang normal.

"FadA adalah penanda yang dapat digunakan untuk diagnosa awal kanker kolon dan rektum, serta dapat digunakan untuk mengidentifikasi target potensial terapi untuk pengobatan dan mencegah penyakit tersebut," kata Han.

Penelitian lain yang dilakukan para peneliti dari Harvard School of Public Health and the Dana-Farber Cancer Institute menemukan "fusobacteria" lazim terdapat pada tumor jinak manusia. Namun dapat menjadi ganas dari waktu ke waktu, menunjukkan bahwa mikroba ini berkontribusi pada tahap awal pembentukan tumor.

Pada percobaan menggunakan tikus, bakteri ini mempercepat pembentukan tumor dengan menarik sel-sel imun yang disebut sel myeloid, yang menyerang tumor dan merangsang respon inflamasi yang dapat menyebabkan kanker.

Han mengatakan penemuan tersebut tidak hanya akan menuntun pada strategi yang lebih efektif untuk diagnosis dini, pencegahan, dan pengobatan kanker kolon dan rektum tetapi juga menunjukkan pentingnya kesehatan mulut yang baik.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013