Jakarta (ANTARA News) - Praktisi bisnis digital dari Indosterling Capital, William Henley, menyarankan kepada seluruh pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk memaksimalkan pemasaran digital.

Ia juga mengatakan dengan semakin banyak pihak yang berusaha membangun dan menyediakan ekosistem digital untuk membantu mengembangkan UKM maka hal tersebut akan berdampak positif.

"Menurut hemat saya, semakin banyak ekosistem digital yang diterjuni pengusaha UKM maka akan semakin besar pula peluang penciptaan pasar. Selain itu, penguatan citra brand dan perluasan jaringan pasar menjadi bonus tersendiri," kata William dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

William mengatakan berdasarkan pengalamannya saat membuka direktori lengkap UKM menunjukkan bahwa peluang itu bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh pengusaha UKM untuk mendekatkan diri dengan konsumen.

Pria yang akrab disapa William Botax ini mengatakan peluang pelaku UKM untuk membuka outlet virtual sangat besar. 

"Tentunya sangat sayang jika tidak dimanfaatkan," kata pria yang juga mendirikan startup Lokamedia ini.

"Lebih dari itu, jauh lebih sangat disayangkan jika melalui berbagai ekosistem digital itu pengusaha UKM tidak tertantang untuk menciptakan produk yang kian baik kualitasnya."

Berkaitan poin mendasar dalam pemasaran produk -- baik melalui pemasaran dalam jaringan atau daring (online) dan pemasaran langsung di luar jaringan atau luring (offline), kata William, adalah tersedianya produk. Ia juga mengigatkan bahwa kebutuhan publik terhadap produk yang dipasarkan UKM tidaklah sama. 

"Kalangan pengusaha UKM karena itu dituntut dapat menghasilkan produk yang akan mengkondisikan publik membutuhkan produk tersebut."

Langkah berikutnya, kata William, memastikan bahwa produk yang dipasarkan memiliki kualitas yang andal, bukan produk asal jadi apalagi memiliki banyak kecacatan yang ditutupi oleh kampanye atau pesan pemasaran yang sarat dengan pernyataan dan janji gombal.

"Sedangkan terkait dua hal di atas adalah trustworthiness atau kejujuran. Janji produk berkualitan dan layanan pengantaran yang terbaik hanya akan membunuh perusahaan UKM jika keduanya ternyata tidak dapat dipenuhi alias bohong belaka," paparnya.

Sulit Akses Perbankan

Sementara itu, sejumlah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mengalami kesulitan mengakses permodalan guna mengembangkan usahanya.

"Kami berharap perbankan tidak mempersulit untuk mendapatkan pinjaman kredit untuk penguatan modal usaha," kata Soleh (50) seorang pelaku UKM kerajinan tahu di Lebak, Kamis.

Selama ini, dirinya sudah mengajukan untuk mendapatkan pinjaman kredit ke salah satu bank di Kabupaten Lebak.

Namun, persyaratannya begitu banyak, seperti keterangan usaha dari desa juga perizinan hingga jaminan surat berharga.

Akibat banyak persyaratan itu, sehingga pelaku UKM kesulitan mengakses permodalan dari perbankan.

"Kami minta perbankan memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman kredit itu," ujarnya.

Menurut dia, saat ini harga bahan baku produksi tahu terjadi kenaikan sehingga perlu penguatan modal agar usahanya berkembang.

Selama ini, perbankan sangat sulit untuk mendapat pinjaman bisa bertahan.

Apabila, dirinya mendapat bantuan penguatan modal perbankan sebesar Rp50 juta tentu berdampak terhadap produksi.

"Kami akan meningkatkan produksi jika memiliki modal untuk pengembangan usaha," katanya.

Begitu juga Saman (50) pelaku UKM warga Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak mengatakan dirinya bersama pelaku UKM lainnya hingga kini kesulitan untuk mendapat penguatan modal usaha dari perbankan.

Bahkan, program kredit usaha rakyat (KUR) juga sulit diakses pelaku UKM dengan alasan petugas perbankan kuota program KUR sudah habis.

Pihaknya berharap perbankan bisa menyalurkan permodalan untuk membantu perajin aneka makanan tradisional.

Mereka pelaku kerajinan aneka makanan tradisional terancam bangkrut jika tidak diberikan bantuan modal itu.

"Kami sudah mengajukan program KUR ke bank, namun hingga kini tidak ada realisasinya," katanya.

Seorang perajin logam, Awing (55) warga Cibahbul Rangkasbitung mengaku dirinya sangat memerlukan modal untuk pengembangan usahanya, karena selama ini bahan baku produksi naik dua kali lipat.

"Kami biasanya membeli bahan baku logam sebesar Rp400 ribu, namun kini menjadi Rp800 ribu per lembar," katanya.

Ia menyebutkan saat ini permintaan alat-alat pertanian dengan bahan baku logam cukup tinggi.

Akan tetapi, kata dia, pihaknya tidak bisa memenuhi permintaan tersebut akibat kesulitan modal itu.

"Kami minta pemerintah bisa memberikan pinjaman kredit lunak sehingga usaha yang digelutinya bisa berkembang," katanya.

Kepala Bidang Pemberdayaan UKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Omas mengatakan pihaknya sudah memfasilitasi dengan perbankan agar pelaku UKM mendapatan permodalan usaha.

Saat ini, jumlah UKM di Lebak tercatat 47.465 unit dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 180.000 orang dan kini sangat membutuhkan modal untuk meningkatkan usahanya.

"Kami mendesak perbankan agar memberikan kemudahan bagi pelaku UKM sehingga usaha mereka bisa berkembang," katanya.

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017