Benar-benar tak ada lagi lokasi atau tempat penampungan yang tersedia buat banyak orang yang baru tiba."
Markas PBB, New York (ANTARA News) - Seorang pejabat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memberikan gambaran suram mengenai situasi kemanusiaan menyedihkan di Suriah, dan meminta akses penuh ke orang yang memerlukan bantuan.

"Setelah tujuh tahun konflik yang terus memperlihatkan peningkatan demi peningkatan, keperluan rakyat Suriah tak pernah lebih tinggi," kata Asisten Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan Ursula Mueller kepada Dewan Keamanan (DK) PBB.

Ia mencatat bahwa dari 13,1 juta orang yang memerlukan bantuan di Suriah ada sebanyak 5,6 juta sangat memerlukan bantuan.

Meskipun Resolusi 2401 DK PBB disahkan pada Februari 2018 guna menuntut gencatan senjata di seluruh Suriah, perempuan pejabat PBB itu menyatakan, serangan terhadap warga sipil dan prasarana sipil telah mencapai tingkat tertinggi sejak konflik meletus.

Selama tiga bulan pertama 2018, PBB telah mengabsahkan 72 serangan terhadap instalasi kesehatan, dibandingkan dengan 112 serangan secara keseluruhan pada 2017, kata Ursula Mueller, sebagaimana dilaporkan Xinhua.

Pada saat yang sama, ia mengemukakan, akses kemanusiaan lintas-wilayah masih sangat terbatas; hanya lima rombongan diperkenankan sejauh ini pada 2018.

Meskipun Ghouta Timur tidak lagi terkepung sebab wilayah tersebut telah berada di bawah kekuasaan Pemerintah Suriah, PBB belum diberi akses ke Douma.

Di sana, sebanyak 70.000 orang masih sangat memerlukan bantuan kemanusiaan setelah tujuh tahun pengepungan dan berbulan-bulan serangan udara serta pemboman gencar, kata wanita pejabat itu.

PBB terakhir kali diperkenankan mencapai Douma di Ghouta Timur pada 15 Maret, dengan membawa bantuan hanya buat 26.000 orang.

Lebih dari 160.000 orang meninggalkan Ghouta Timur antara 9 Maret dan 15 April, setelah berpekan-pekan pertempuran, kata Ursula Mueller.

Telah terjadi peningkatan mengerikan bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok oposisi non-negara yang bersenjata di pedesaan Homs di Suriah Utara dan Gubernuran Hama di bagian selatan negeri tersebut, sehingga mempengaruhi sebanyak 210.000 orang di daerah itu, katanya.

PBB telah menerima laporan mengenai serangan udara dan serangan yang berpusat di darat sehingga merenggut sejumlah korban jiwa di pihak sipil, kerusakan prasaran sipil dan pengungsian warga sipil, kata Ursula Mueller.

Situasi di Gubernuran Idlib, Suriah Utara, juga dilaporkan masih mengerikan karena hampir 400.000 orang kehilangan tempat tinggal sejak pertengahan Desember 2017, selain puluhan ribu orang yang mengungsi dari wilayah selatan, termasuk Ghouta Timur, kata Ursula Mueller.

"Benar-benar tak ada lagi lokasi atau tempat penampungan yang tersedia buat banyak orang yang baru tiba. Telah terjadi peningkatan 25 persen orang yang mengungsi di Idlib dibandingkan dengan setahun lalu, dan 1,2 juta dari dua juta orang di gubernuran itu sekarang mengungsi, banyak di antara mereka berkali-kali," ujarnya.

Situasi yang sangat mengerikan memberi tekanan yang sangat besar pada masyarakat penampung.

Selain itu, dalam beberapa pekan belakangan, serangan udara telah menghantam rumah sakit dan pasar, dan telah terjadi sangat dekat dengan tempat penampungan buat orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka. Serangan udara tersebut dilaporkan menewaskan sejumlah warga sipil, termasuk banyak perempuan dan anak kecil, demikian Ursula Mueller.

Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018