Jadi selain melihat seperti apa potensi budaya Maluku, tidak kalah dengan budaya dan wisata di luar negeri dan kita malah lebih bagus karena sangat asri
Ambon, (ANTARA News) - Seorang peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Provinsi Riau menilai objek wisata bahari Maluku indah dan asri sehingga dapat mengalahkan Bali bila dikelola secara profesional.

"Saya merasa Bali mungkin kalah dengan Maluku kalau potensi budaya dan pariwisataanya lebih dikembangkan secara profesional," kata peserta SMN asal Provinsi Riau, Rikaryadi di Ambon, Minggu.

Siswa asal SMK Negeri 1 Tebing Tinggi ini mengaku selama di Maluku, dirinya bersama rombongan sangat kagum dan tidak percaya kalau Maluku seindah ini.

"Karena estimasi saya kalau Maluku itu tidak akan seindah dan semeriah begini dan yang pasti kegiatannya jadi terlihat biasa-biasa saja," kata Rikaryadi.

Tetapi saat sampai di Maluku, estimasi itu salah karena mendapati fakta yang sangat berbeda dan dia merasa inilah nusantara sebenarnya.

"Jadi selain melihat seperti apa potensi budaya Maluku, tidak kalah dengan budaya dan wisata di luar negeri dan kita malah lebih bagus karena sangat asri," ujarnya.

Selama berada di Maluku, dirinya mengaku sudah mengenal budaya, bahasa, atau makanan khas, baik di Kota Ambon maupun Kota Tual dan objek wisata pantai di dua daerah ini yang sempat dikunjungi.

Pantai Pasir Panjang di Kota Tual misalnya memiliki pasir halus seperti tepung dan Pantai Liang (Pulau Ambon) itu sangat jernih dan warna airnya hijau di tepian serta biru di bagian kedalaman.

Peserta SMN lainnya dari SMA Binaan Khusus Dumai Provinsi Riau, Rizka Ramadani Kana mengatakan, Maluku sangat bagus dan indah sekali pemandangan alamnya jadi tidak perlu ke luar negeri.

"Alasannya, karena Indonesia sendiri sudah ada pemandangan yang bagus sehingga tidak perlu menghabiskan biaya yang banyak untuk pergi ke luar negeri," kata Rizka.

Dia juga mengimbau anak-anak Maluku jangan melupakan daerah sendiri dan banggalah menjadi orang Maluku, karena belum tentu orang lain bisa merasakannya.

Saat tiba di Kota Ambon, dirinya bersama kawan-kawan sudah mencoba makanan khas daerah seperti `Papeda` dengan kawan-kawan dan dirasaan unik, kemudian ke Kota Tual dan main di Pantai Pasir Panjang yang sangat bagus seperti di Hawai

Dia juga mengakui walau pun wajah orang sini terkesan seram tetapi sebenarnya mereka justeru sangat baik hati dan murah senyum serta ramah terhadap semua orang.

Kekompakan

Sebanyak 23 peserta SMN 2018 yang mengikuti program Kementerian BUMN dengan motto BUMN Hadir Untuk Negeri ini selama dua hari berada di markas Dodik Bela Negara Rindam XVI/Pattimura Ambon untuk dilatih ketrampilan bela negara serta menjaga kekompakan dan soliditas tim.

Para peserta yang diterima Komandan Dodik Bela Negara Rindam XVI/Pattimura, Letkol Inf Dedy R.S ini kemudian diajari tatacara menggunakan kompas dan mencari arah oleh Serda Mario Noya pada hari pertama.

Sedangkan hari kedua diajari peraturan baris berbaris (PBB) oleh Peltu Inf Zahabudin dan dilanjutkan dengan kegiatan caraka siang dan malam yang bertujuan melatih SMN dalam membawa pesan rahasia dari atasan dengan cara aman agar tidak diketauhi musuh.

Kemudian untuk kegiatan tim work berlangsung di Pantai Liang, dimana siswa dibagi dalam dua okelompok dan saling berlomba mengisi bola pimpong yang digulingkan dalam wadah pipa paralon lalu diisi ke dalam galon.

Mereka juga dilatih mengangkat dan membawa bola plastik dengan tali, serta duduk berjejer dalam posisi mata tertutup dan saling mengisi air dalam cangkir plastik dari orang paling depan hingga sampai di belakang tanpa harus menumpahkan airnya.

Yang terakhir adalah kegiatan pipa bocor, dimana sebuah paralon besar yang dindingnya bolong-bolong harus diisi air hingga penuh sampai bola ppimpongnya muncuk di permukaan, dan ember yang dipakai menimba air juga bolong.

"Kegiatan ini memilik tujuan supaya tim harus kompak dan kerjasama serta kekuatan fisik diutamakan, jadi di sini bisa terlihat juga ketangkasan mereka," kata Zahabudin.
Baca juga: Penulisan buku "cerita nusantara kami" belum sistematis






 

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018