Risha menggunakan teknologi konstruksi bongkar pasang dan telah teruji tahan gempa hingga 8 SR.
Palu  (ANTARA News) - Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hadi Sucahyono menyatakan pihaknya akan membangun rumah instan sederhana sehat (Risha) yang tahan gempa di Provinsi Sulawesi Tengah.

Hadi kepada sejumlah wartawan di Palu, Senin mengatakan risha merupakan bangunan hasil rekayasa teknologi dari Kementerian PUPR yang saat ini sedang disosialisasikan dan dibangun secara massal di Lombok.

"Di Lombok, kami sudah menerjunkan sekira 400 insinyur muda, yang mendampingi masyarakat untuk membangun Risha secara bersama-sama," katanya.

Risha merupakan salah satu solusi bangunan rumah pascagempa di  Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala, yang menelan ribuan korban, beberapa waktu lalu.

"Untuk pendampingan pembangunan, bisa dari insinyur muda kami, atau fasilitator yang bersama-sama masyarakat untuk membangun," kata Hadi.

Menurut Hadi, ada dua hal yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa saat bencana terjadi, yakni lokasi permukiman warga dan struktur bangunan.

Untuk lokasi permukiman, kata dia, pemerintah pusat sebenarnya telah menyosialisasikan kepada masyarakat untuk menghindari lokasi-lokasi yang rawan bencana.

"Katakanlah kemiringan lahannya yang rawan longsor dan banjir, atau tepi pantai yang rawan tsunami," ujarnya.

Menurut dia, yang pertama harus dipastikan adalah masyarakat telah paham bahwa mereka berada di lokasi yang aman atau pun tidak dari bencana.

"Kalau memang tidak aman dan sudah ada peraturan, misalnya harus 100 meter dari sempadan pantai, masyarakat harus mengikuti itu agar lebih aman," kata Hadi.

Risha adalah penemuan teknologi konstruksi knock down atau bongkar pasang yang dapat dibangun dengan waktu cepat dengan menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utamanya dan telah teruji tahan gempa hingga 8 skala richter (SR) dan 8 Modified Mercalli Intensity (MMI).

Inovasi ini didasari oleh kebutuhan akan percepatan penyediaan perumahan dengan harga terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas bangunan sesuai dengan standar (SNI).

Kemudahan serta manfaat dari teknologi risha, katanya, selain sebagai solusi rumah yang tahan gempa, risha mudah dikembangkan tanpa harus mengubah bangunan awal. 

Risha hanya mengonsumsi sekira 60 persen bahan bangunan dibandingkan dengan teknologi konvensional. Waktu pembangunan instalasi risha lebih cepat serta jumlah tenaga kerja untuk merakit teknologi ini cukup tiga orang.

Risha menjamin kemudahan penjaminan mutu karena terukur dan terkosentrasi proses produksinya.


Baca juga: Kementerian PUPR klaim teknologi risha bantu wujudkan sejuta rumah
 Baca juga: Rumah tahan gempa siap diterapkan di NTB
 

Pewarta: Fauzi
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018