Jakarta (ANTARA News) - Peneliti asal Prancis Emmanuelle Cheyns menyoroti pentingnya partisipasi kritis dalam diskusi Meja Bundar untuk Minyak Sawit yang Berkelanjutan atau Roundtable on Sustainable Palm Oil.

“Partisipasi akan suara-suara yang kritis akan menghidupkan diskusi dalam RSPO dan menjaga keberlanjutan dialog,” kata Emmanuelle dalam sebuah seminar bertajuk Marginalized Voices in the Oil Palm Sustainability Debate di Jakarta, Rabu petang.

Dalam acara tersebut, ia mendiskusikan keterlibatan petani kecil dan komunitas-komunitas lokal dalam diskusi internasional mengenai keberlanjutan atau sustainability industri minyak sawit Indonesia yang ada dalam sidang-sidang RSPO.

“Suara mereka seringkali diwakilkan oleh perusahaan yang lebih besar atau organisasi non-pemerintah (NGO),” kata Emmanuelle, dan menurutnya, hal ini dapat mengikis pandangan kritis yang diberikan oleh petani-petani kecil serta komunitas lokal yang turut terlibat dalam industri minyak sawit, serta membuka ruang untuk adanya ketidakseimbangan dan ketidakadilan dalam merumuskan agenda bersama.

Ia mengatakan bahwa sebaiknya para petani kecil dan anggota komunitas lokal juga diberikan ruang untuk menyampaikan aspirasinya dalam diskusi internasional RSPO. 

“Hal tersebut akan menciptakan adanya keberagaman suara dan pendapat dalam diskusi,” katanya.

Selain itu, partisipasi petani kecil dan komunitas lokal  juga diyakini dapat memberikan sentuhan humanis terhadap diskusi internasional itu.

“Mereka semua berbicara berdasarkan pengalaman mereka sendiri, bahkan dari pengalaman-pengalaman yang mungkin merugikan mereka,” jelasnya.

Emmanuelle Cheyns merupakan seorang peneliti ilmu sosial dari pusat penelitian Prancis, CIRAD. 
     
Baca juga: BPDP-KS sebut industri sawit bantu Indonesia capai SDGs
Baca juga: Ini cara Indonesia promosikan industri sawit berkelanjutan pada akademisi Eropa

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018