Kami dapat turunkan sampai dengan 51,9 persen angka putus sekolah
Jakarta (ANTARA News) - Inovasi bidang pendidikan berupa kelas perahu yang diterapkan di Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan berhasil menurunkan jumlah anak putus sekolah SD dan SMP sebesar 51,9 persen.

"Kami dapat turunkan sampai dengan 51,9 persen angka putus sekolah," kata Kepala Bidang Guru dan Tenaga Pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep, Rukmini di Jakarta, Senin.

Kelas perahu di kecamatan tersebut dimulai sejak 2016.

Hingga 2018, jumlah siswa yang mengikuti kelas perahu di Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara mencapai 200 siswa yang berasal dari 19 sekolah dasar (SD) dan 7 sekolah menengah pertama (SMP).

Rukmini menjelaskan, kelas perahu adalah program yang diadakan Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep untuk mempermudah anak-anak nelayan di wilayah kepulauan dalam memperoleh layanan pendidikan. Program ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara mandiri melalui bimbingan khusus dan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan oleh guru kepada siswa sebelum siswa melaut.

"Guru memberikan LKS ke siswa yang dapat dikerjakan saat siswa melaut. Sepulangnya dari melaut, LKS kembali diserahkan ke guru untuk dinilai. Kemudian akan diberi tugas lagi sebelum anak-anak melaut," katanya.

Ia mengatakan, materi LKS tersebut tidak berbeda dengan materi yang diberikan guru dalam kelas reguler.

Atas keberhasilan penerapan kelas perahu di kecamatan tersebut, pada tahun 2019, Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep akan mengujicobakan di empat kecamatan wilayah kepulauan lainnya di Pangkep.

"Kami akan mereplikasi (kelas perahu) untuk seluruh kecamatan di Pangkep. Ada 115 pulau, kami targetnya angka putus sekolah bisa zero (nol) di Kabupaten Pangkep," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep, Muhammad Idris Sira. 

Idris mengatakan, saat ini pihaknya sedang mengevaluasi dan memperbaiki program kelas perahu sebelum direplikasi dan diterapkan di wilayah kecamatan kepulauan lainnya.

Dalam menerapkan kelas perahu, ada sejumlah tantangan yang dihadapinya diantaranya lemahnya ekonomi masyarakat nelayan di kepulauan membuat anak-anak harus membantu orang tuanya mencari nafkah dengan melaut, jarak antarpulau yang jauh, kurangnya pemahamam guru di daerah kepulauan tentang pentingnya kelas perahu serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru untuk menyusun LKS bagi anak-anak pulau.

Baca juga: Bappenas-Kompak gelar seminar kreatif inspirasi

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018