Paket bantuan yang didistribusikan tersebut sesuai dengan jumlahnya kepala keluarga penerima bantuan yakni 390 KK
Palu, Sulteng (ANTARA) - Palang merah indonesia (PMI) Sulawesi Tengah mendistribusikan 390 paket bantuan untuk korban bencana gempa bumi di Desa Toaya, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulteng yang saat ini masih mengungsi.

"Paket bantuan yang didistribusikan tersebut sesuai dengan jumlahnya kepala keluarga penerima bantuan yakni sebanyak 390 KK. Setiap KK menerima empat item seperti jeriken, ember, terpal dan hygiene kit yang kami satukan dalam satu paket," kata Kordinator Distribusi PMI Sulteng Hidayat Turungku melalui sambungan telepon, Kamis.

Bantuan yang didistribusikan kepada korban bencana gempa beberapa waktu lalu tersebut untuk meringankan penderitaan mereka di pengungsian. Selain itu untuk mempermudah aktivitas rumah tangganya seperti mandi dan mencuci serta yang lain-lain.

Di waktu yang bersamaan di lokasi terdampak bencana di Sulteng mendapatkan kunjungan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) dari 23 negara yakni Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Swedia, Swiss, Pakistan, Turki, Jepang, Singapura dan lain-lain. 

Pendistribusian di Desa Toaya tersebut berlangsung tertib, karena jumlah paket bantuan sudah disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga sehingga tidak ada   warga yang tidak kebagian.

"Bantuan seperti ini akan terus kami lakukan ke lokasi-lokasi bencana, karena pascabencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi beberapa waktu lalu menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan warga yang mengungsi akibat rumahnya hancur atau rusak," tambahnya.

Sementara, salah seorang penerima bantuan Tandaigi Herlina mengatakan ia berterima kasih dan bersyukur atas bantuan yang diberikan PMI karena selama ini mereka belum pernah mendapatkan bantuan.

"Saya mewakili warga bersyukur atas bantuan ini dan kalau bisa kedepannya ada bantuan lagi berupa bahan pokok dan peralatan terkait mata pencaharian karena di sini rata-rata masyarakatnya bekerja sebagai petani dan nelayan. Akibat bencana itu, semua alat mereka telah hilang dicuri pada saat gempa lalu," katanya.


Baca juga: Pemulihan pendidikan pascabencana Sulteng butuh Rp200 miliar
Baca juga: Pemerintah perlu bangun pusat studi bencana di Sulteng
 

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019