Jakarta (ANTARA) - Ada kericuhan di Jakarta, itu benar, tetapi berlebihan dan jelas-jelas keliru bila menyebutkan Jakarta rusuh, membara, dan tidak aman.

Ibu Kota Negara tetap aman. Jaminan itu diberikan oleh Kepolisian Republik Indonesia.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol. M. Iqbal, saat menyampaikan kronologi aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak Selasa (21/5), menegaskan bahwa masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa.

Status Siaga I yang diberlakukan oleh Polri pada tanggal 21 s.d. 25 Mei 2019 di seluruh jajaran se-Indonesia adalah untuk kesiapsiagaan petugas kepolisian dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Memang banyak yang menyangka bahwa Jakarta dalam keadaan tidak kondusif dan tidak aman, bahkan tidak sedikit masyarakat dari berbagai daerah di luar Ibu Kota yang menanyakan sanak keluarga atau relasinya yang tinggal di Jakarta mengenai situasi keamanan di Jakarta.

Kericuhan akibat massa dari luar Jakarta, seperti dari Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, berbuat anarkis dan brutal serta melakukan berbagai perusakan dan memprovokasi petugas TNI/Polri, terjadi hanya di sejumlah titik di beberapa kelurahan di Jakarta Pusat.

Massa brutal berusaha mendekati Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI di Jalan M.H. Thamrin di sisi persimpangan Sarinah, Selasa (21/5) sekitar pukul 23.00 WIB.

Mereka berada di Jalan Wahid Hasyim dan berusaha merusak security barriers atau pembatas pengamanan, berupa beton setinggi kurang dari 1 meter dan kawat baja berduri.

Petugas TNI/Polri, sesuai dengan prosedur standar operasional (SOP) dan karena sudah larut malam, menghalau dengan mekanisme yang ada. Namun, massa di beberapa lokasi di Jalan K.H. Wahid Hasyim dan Jalan M.H. Thamrin menyerang petugas.

Massa mundur dari Bawaslu ke Pasar Tanahabang, di pertemuan antara Jalan K.H. Wahid Hasyim dan Jalan K.H. Mas Mansyur, sejauh 1,1 kilometer.

Massa memprovokasi kembali petugas. "Bukan hanya lontaran kata-kata, melainkan juga lemparan batu, molotov, dan petasan, ke arah petugas," kata Kadiv Humas Mabes Polri M. Iqbal didampingi Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi dan Kabag Penum Mabes Polri Kombes Pol. Asep Saputra.

Anggota TNI/Polri masih bertahan dan mengimbau agar massa kembali pulang ke tempatnya masing-masing, untuk sahur dan melakukan ibadah pada bulan puasa ini. Namun, massa tak menggubris sehingga petugas membubarkan aksi mereka.

Di tempat lain, di dekat asrama Brimob, Jalan K.S. Tubun, yang berjarak sekitar 2 kilometer dengan berjalan kaki dari Pasar Tanahabang Blok A, datang lagi massa lain, bertindak brutal dan anarkis. Mereka merusak dan membakar sejumlah mobil yang ada di kompleks asrama Brimob tersebut.

Petugas, dibantu warga setempat, menangkap sejumlah orang yang menjadi provokator dalam kericuhan tersebut.

Iqbal menyebutkan ada 58 provokator yang ditangkap dan sedang didalami lebih lanjut dalam pemeriksaan.

Sementara itu, pada Rabu pagi menjelang siang, terjadi aksi pembakaran dua bus milik Polda Metro Jaya yang terparkir di Jalan Brigjen Katamso, di sekitar jembatan layang Slipi ke arah Kemanggisan. Api berhasil dipadamkan oleh petugas, dibantu warga.

Jadi, berdasarkan kericuhan yang terjadi di empat lokasi yang tidak terlalu jauh, antara lokasi pertama hingga keempat, tidak tepat bila ada anggapan atau kesimpulan yang menyebutkan bahwa Jakarta rusuh dan tidak aman. Sementara itu, wilayah DKI Jakarta seluas 661,5 kilometer persegi.

Terlalu banyak untuk menyebutkan bahwa di wilayah lain di Jakarta tetap dalam keadaan aman dan kondusif.

Meskipun sejumlah pertokoan di Pasar Tanah Abang memilih tutup, seperti di toko-toko yang biasa menjual oleh-oleh haji di Jalan Mas Mansyur, dan yang ada Blok A, Blok B, Blok F, dan Blok G, tetap ada yang membuka dan melayani pembeli seperti biasa. Pedagang kaki lima terlihat masih tetap berjualan.

Situasi jalanan sekitar Pasar Tanah Abang hingga Rabu siang terlihat lebih lengang.

Menkopolhukam Wiranto, saat menyampaikan konperensi pers didampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan Kepala BIN Budi Gunawan, juga mohon doa restu dan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia agar pemerintah beserta jajaran aparat keamanan dapat menjalankan tugas berlangsung dengan baik.

Wiranto juga mengingatkan bahwa pada bulan puasa ini dapat menjaga kesucian serta dengan perlindungan dari Tuhan Yang Mahakuasa, bangsa Indonesia dapat mempertahankan ukhuwah atau persaudaraan baik sesama umat Islam (ukhuwah islamiah), persaudaraan antarumat manusia (ukhuwah basyariah), dan persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniah) serta membangun kebaikan, kejujuran, dan kemuliaan.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian juga menjamin bahwa pihaknya bekerja maksimal bersama-sama dengan Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan, dan jajarannya untuk mengamankan Jakarta dan seluruh negeri ini, dengan seluruh kekuatan yang ada.

Tito juga meminta masyarakat dapat mencerna sesuatu dengan kepala dingin, jangan terprovokasi dengan berita-berita yang ada, terutama yang berasal dari media sosial misalnya.

Ia mengajak masyarakat dari tingkat RT/RW tetap menggiatkan pengamanan swakarsa berupa siskamling untuk berperan serta dalam pengamanan di wilayah masing-masing.

Kapolri memastikan dapat melindungi dan mengayomi serta menjaga keselamatan publik.

Data dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga Rabu pukul 09.00 WIB menyebutkan atas aksi massa yang brutal dan anarkis itu terdapat 200 korban yang dibawa ke sejumlah rumah sakit dan enam korban meninggal dunia.

Anies mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi dan visum guna mengetahui lebih lanjut penyebab kematian atas enam korban itu dan dilakukan pengobatan bagi korban yang terluka.

Ia menambahkan penanganan korban di rumah sakit akan dibiayai oleh Pemprov DKI Jakarta.

Selain itu, dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan terprovokasi.

"Jaga ketertiban, jaga keamanan. Damai dibutuhkan oleh semuanya. Saya mengimbau semua pihak yang ada di lapangan, jaga hati, tenang dalam suasana dalam mengungkapkan pikiran," kata Anies.

Di sekitar Bawaslu, Rabu siang, juga masih didatangi oleh kelompok masyarakat yang berunjuk rasa.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meminta Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk ikut menenangkan massa yang mengikuti aksi 22 Mei.

Jusuf Kalla juga meminta supaya aksi massa tidak merusak fasilitas-fasilitas fisik karena akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

Wakil Presiden menegaskan bahwa pemerintah siap untuk membuka dialog dengan para elite politik yang terlibat dalam Pilpres 2019.

Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019