Jakarta (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional (BNN) dan kepolisian bekerja sama untuk mencari dan memutus jaringan narkoba para tersangka aksi kerusuhan, 21 hingga 22 Mei 2019.

Polda Metro Jaya pada keterangan persnya menyebutkan empat dari 200 orang yang diamankan pada aksi 22 Mei positif mengonsumsi narkotika jenis amphetamine dan methampethamine (sabu-sabu)

Sementara itu, Kepolisian Daerah Kalimantan Barat menyebutkan hampir 90 orang lyang diamankan pada kerusuhan di Kota Pontianak positif menggunakan sabu-sabu.

"Mereka yang diamankan tersebut rata-rata memerlukan dorongan keberanian untuk melakukan aksinya," kata Kepala Biro Humas dan Protokol BNN Kombes Pol. Sulistio Pudjo dalam keterangan tertulis di Jakarta Pusat, Jumat.

Para tersangka kericuhan rata-rata tidak akan memiliki keberanian cukup jika tidak mengonsumsi narkoba. Oleh karena itu, pemakaian narkoba menjadi cara untuk meningkatkan keberanian mereka.

BNN dalam hal ini sebagai leading sector nasional di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba ( P4GN) menyatakan bahwa fenomena ini merupakan situasi darurat narkoba bagi bangsa Indonesia.

BNN juga akan mendorong BNN provinsi dan kabupaten/kota untuk segera berkoordinasi dengan kepolisian daerah untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut dalam upaya mengungkap jaringan dan motif di balik aksi kericuhan maupun tawuran di daerah kewilayahan masing-masing.

"Kepada masyarakat, BNN mengimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperhatikan lingkungannya dari peredaran narkoba," kata Sulistio.

Bagi siapa saja yang sengaja maupun tidak sengaja menjual atau mengedarkan narkoba, akan dipidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019