Jakarta (ANTARA) - Achmad Baidowi berhasil melenggang ke Senayan untuk kedua kalinya setelah memperoleh 227.170 dari 265.174 total suara PPP di Dapil XI Jawa Timur yang meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.

"Alhamdulillah perolehan suara saya naik hampir tiga kali lipat dibanding 2014 yang saat itu hanya mendapatkan 82.052 suara," ujar Awiek, sapaan akrabnya, di Jakarta, Jumat.

Perolehan suara Achmad Baidowi ini merupakan yang tertinggi di antara caleg PPP sekaligus menempatkan mantan wartawan ini dalam jajaran 10 besar caleg dengan perolehan suara terbanyak di Indonesia.

Dalam mendulang suara, Awiek mengaku banyak dibantu jaringan alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar serta jaringan Korps Alumni HMI (KAHMI). Pengasuh Ponpes Darul Ulum Banyuanyar KH Muhammad Syamsul Arifin saat ini tercatat sebagai Wakil Ketua Majelis Syariah DPP PPP.

"Saya hanya santri biasa bukan dari kalangan priyayi, dapat suara segitu sungguh luar biasa," tuturnya.

Menurut Awiek, salah satu modal yang dimilikinya adalah kekerabatan di Madura yang sangat erat. Meskipun lahir di Banyuwangi, leluhurnya berasal dari Madura. Kakek dari ibunya berasal dari Dusun Be' Betoh Barat, Kertagenah Tengah Kadur, Pamekasan yang merantau ke Pulau Jawa di era penjajahan Belanda.

Sementara dari jalur bapaknya berasal dari Dusun Nong Pote, Kadur, Pamekasan. Sedangkan bapak angkatnya alias pamannya berasal dari Bekiong, Guluk-guluk, Sumenep. Dia menikahi Uswatun Hasanah yang masih ada ikatan tali kekerabatan. Kerabatnya banyak tersebar di Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.

"Jaringan sosial yang kuat tersebut menjadi modal berharga sehingga bisa menekan biaya politik yang tinggi," tukas alumnus Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga ini.

Trik lainnya adalah mempertahankan pemilih tradisional PPP, yang dalam hal ini jaringan Pondok Banyuanyar menjadi jangkarnya. Selain itu, Awiek juga berusaha mendekati pemilih baru yang belum pernah memilih PPP.

"Saya kerap tampil di media rupanya menjadi magnet bagi mereka yang belum banyak tahu," tutur peraih master ilmu politik Universitas Nasional sekaligus kandidat doktor Ilmu Pemerintahan IPDN ini.

Ia menambahkan, untuk mendulang suara besar intinya tidak boleh lelah berkonsolidasi. Meskipun namanya banyak dikenal melalui media, pendekatan kepada masyarakat secara langsung juga sangat penting.

"Istilah marketingnya kita melakukan 'micro targeting' dengan menyapa langsung masyarakat," ujar anggota Komisi II DPR RI ini.

Saat masa-masa kampanye, ia harus pandai membagi waktu karena di satu sisi harus menjalankan tugas kedewanan di Senayan, di sisi lain dia harus bertemu masyarakat. Maka, pilihannya pada akhir pekan dihabiskan di dapil.

Selama di dapil dia menginap di rumah sendiri di Larangan Badung Palengaan, Pamekasan atau di rumah mertua di Sumenep. Bahkan, kalau lagi di daerah utara seringkali menginap di salah satu rumah pendukungnya.

"Jika saya kampanye di daerah utara, menginapnya di rumah teman. Selain hemat waktu dan biaya, mereka sangat senang rumahnya pernah didatangi anggota DPR RI," ujarnya sambil tersenyum.

Cara ini tergolong efektif karena Awiek bisa menghemat waktu, tenaga dan biaya. Meski demikian, dia mengaku perolehan suaranya meleset dari target awal, yakni 300.000 suara karena lemahnya saksi, khususnya di Bangkalan dan Sampang.

Mengenai proyeksi ke depan, sebagai anak buah Awiek siap ditugaskan PPP di posisi mana pun untuk memperjuangkan amanah dari masyarakat di daerah pemilihannya. Dalam menjalankan tugasnya, ia selalu memegang tiga pesan kiainya, yakni jangan menyalahi aturan agama, jangan menyalahi aturan negara, dan harus bermanfaat.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019