Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, siap memfasiltasi pemangkasan mata rantai penjualan produk ekspor seperti batik dan kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Sekretaris Daerah Kota Pekalongan Sri Ruminingsih di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa saat ini memang sudah banyak produk kerajinan batik dan sejenisnya yang diekspor ke pasar mancanegara tetapi melalui pihak ketiga sehingga hal itu mempengaruhi pendapatan pelaku UKM dan tidak mengetahui selera pasar.

"Oleh karena, kami berharap melalui pelatihan pada pelaku UKM ini akan muncul eksportir baru sehingga mereka mengetahui tentang bagaimana memulai ekspor. Jika pelaku UKM dapat mengekspor sendiri produknya maka tentu akan mendapatkan nilai tambah," katanya.

Ia mengatakan proses ekspor melalui pihak ketiga akan melalui rantai yang cukup panjang dan selamanya pelaku UKM tidak dapat mengetahui selera dan karakteristik produk yang diinginkan pembeli.

Selama ini, kata dia, produk kerajinan batik dan sejenisnya diekspor ke sejumlah negara di Asia Barat dan Afrika.

"Adapun nilai ekspor Kota Pekalongan kini semakin baik yaitu mampu mencapai 19 juta dolar AS dengan produk lokal yang dikenal antara lain batik beserta turunannya seperti fesyen, craft, dan sarung," katanya.

Perwakilan Kementerian Perdagangan Agus Santoso mengatakan melalui kegiatan pelatihan ini maka para pelaku usaha akan mendapat tambahan wawasan terkait ekspor sehingga mereka bisa mengekpansi produknya untuk tujuan ekspor.

Selanjutnya terkait dengan pendampingan ekspor, kata dia, Kemendag akan mendiskusikan lagi dengan Pemkot Pekalongan.

"Yang pasti, kami tekankan bahwa ekspor teknisnya sangatlah mudah dan tidak ada pajak," katanya.


Baca juga: Pekalongan optimistis pintu tol dongkrak pemasaran batik
Baca juga: Pengusaha sarung batik Pekalongan sasar Asia Tenggara

Pewarta: Kutnadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019