Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan Sanofi Indonesia resmi meluncurkan aplikasi mobile Diabetes Education Enhancement for Engaged Partnership (DEEP) sebagai wadah komunikasi mengenai perkembangan penyakit diabetes.

"Era digital bisa memudahkan menginformasikan suatu informasi terbaru misalnya diabetes. Bagaimana melayani pasien supaya komplikasi bisa dicegah," ujar Ketua Umum PB PERKENI Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD- KEMD di Jakarta, Senin.

Ada berbagai fitur dalam aplikasi untuk para tenaga kesehatan ini, antara lain Discover yang berisi video online, artikel dan jurnal kesehatan. Materi edukasi berupa protokol penanganan diabetes, penanganan diabetes.

Lalu, CME-Learn atau pendidikan medis dari para ahli dalam bentuk video lecture. Dokter akan menerima artikel tentang diabetes dan diakhiri kuis untuk memeriksa pemahamannya. Setelah itu dia akan mendapatkan sertifikat.

Fitur lainnya, Forum diskusi online dengan para ahli untuk bisa bertukar pikiran maupun bimbingan dari mentor untuk topik khusus.

Dalam kesempatan itu, Head of Medical Sanofi Indonesia dr Mary Josephine mengatakan, para dokter bisa mengakses setelah melakukan registrasi.

Aplikasi DEEP bisa diunduh App Store untuk pengguna IPhone dan Play Store bagi pengguna Android.

Ketut berharap aplikasi ini setidaknya membantu mencegah peningkatkan prevalensi penyakit diabetes di Indonesia serta kualitas hidup bagi penyandang diabetes.

Pada tahun 2017, Indonesia menduduki peringkat ke enam di dunia dengan jumlah 10,3 juta penyandang diabetes dalam rentang usia 20-79 tahun.

Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2018 menunjukkan prevalensi diabetes melitus sebesar 10,9 persen atau naik empat persen (6,9 persen) pada tahun 2013.

"Walau prevalensi kecil, 10 persen di antara penduduk dewasa tetapi karena jumlah penduduk besar, prevalensi kecul menjadi jumlah yang besar," kata Ketut.

Diabetes menjadi salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular dan penyebab utama kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal hingga impotensi.

Penyakit ini bisa dicegah namun bila tidak ditangani tepat maka menyebabkan amputasi, disabilitas hingga kematian.

"Dampak lain diabetes, mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun. Namun dengan perawatan tepat, pasien dapat memiliki kualitas kehidupan dan kesehatan yang lebih baik," tutur Ketut.


Baca juga: BPJS Kesehatan Solok perkenalkan aplikasi Insiden

Baca juga: Save Yourselves, tempat "curhat" masalah kesehatan mental

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019