Jakarta (ANTARA) - Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami akan ditulis menjadi buku untuk memperkaya literatur kebencanaan di Indonesia.

"Kita sudah memiliki beberapa literatur kebencanaan, tetapi masih kurang. Ekspedisi ini merupakan bagian dari upaya literasi kebencanaan di Indonesia," kata Lilik dalam jumpa pers Ekspedisi Destana Tsunami di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.

Lilik mengatakan literasi kebencanaan sangat penting sebagai bagian dari upaya membangun kesiapsiagaan bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian dari upaya pencegahan.

Menurut Lilik, terdapat tiga program pencegahan di BNPB, yaitu pencegahan bencana agar tidak terjadi, pencegahan masyarakat tinggal di daerah yang rawan bencana, dan pencegahan korban jiwa yang banyak ketika terjadi bencana.

"Pencegahan bencana agar tidak terjadi tidak berlaku untuk gempa dan tsunami. Pencegahan masyarakat tidak tinggal di daerah yang rawan gempa dan tsunami sangat berkaitan dengan tata ruang dan seringkali sulit dilakukan," tuturnya.

Karena itu, untuk gempa dan tsunami, pencegahan korban jiwa yang banyak menjadi perhatian utama. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun kesiapsiagaan melalui literasi gempa dan tsunami.

Koordinator tim penulis Ekspedisi Destana Tsunami Trinirmalaningrum mengatakan tim penulis berasal dari berbagai disiplin ilmu yang tidak hanya menulis hasil ekspedisi tetapi juga menggali kembali catatan-catatan yang ada sebelumnya.

"Itu semua akan ditulis dengan bahasa populer agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Selain buku, juga akan dibuat film dokumentasi," jelasnya.

Sebanyak 5.744 desa yang ada di seluruh Indonesia rawan terhadap tsunami. Di selatan Jawa saja terdapat 584 desa yang rawan tsunami.

Ekspedisi Destana Tsunami akan dimulai pada Jumat (12/7) di Banyuwangi dibuka Kepala BNPB Doni Monardo.

BNPB mengadakan jumpa pers Ekspedisi Destana Tsunami. Selain Trinirmalaningrum dan Lilik, narasumber yang hadir adalah Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Rahmad Triyono, dan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Kementerian Dalam Negeri Safrizal ZA. 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019