Yogyakarta (ANTARA News) - Nama Harmoko tidak akan berpengaruh signifikan terhadap perolehan suara Partai Kerakyatan Nasional (PKN) pada pemilihan umum (pemilu) 2009, karena Harmoko sebagai tokoh di masa orde baru tidak memiliki `nilai jual` bagi PKN. "Harmoko yang dikenal luas sebagai tokoh orde baru ini tidak memiliki `nilai jual` di era reformasi sekarang, apalagi saat ini eranya kaum muda yang tentunya akan lebih memilih partai politik yang bisa mengakomodasi aspirasi mereka," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arief Setiawan MSi, Minggu. Diminta komentarnya tentang kembalinya Harmoko ke kancah politik dengan menjadi Ketua Pembina (Parampara) PKN, parpol baru yang dideklarasikan di Jakarta, Sabtu (19/4), Arief menilai sebenarnya Harmoko tida perlu berkiprah di partai baru, karena ia sudah dikenal masyarakat luas sebagai tokoh Golkar di zaman Orde Baru. "Semestinya Harmoko tetap berada di Golkar, karena partai ini eksistensinya lebih baik dibanding partai baru tersebut," katanya. Menurut dia apalagi usia Harmoko sudah tidak muda lagi, sehingga sebaiknya tetap berkiprah di Partai Golkar dengan ikut memberikan pemikiran bagi perkembangan serta kemajuan partai ini ke depan. "Bagaimana pun, sebagai mantan ketua umum Harmoko tahu persis seluk-beluk Golkar. Itu yang semestinya dilakukan dia untuk tetap berada di Partai Golkar," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008