Jakarta (ANTARA News) - Harmoko merupakan contoh kasus dari tokoh sepuh yang bersumberdaya politik memadai lalu mencoba menggunakan jejaring lamanya untuk kembali ke dunia politik praktis, sekalipun tak berfungsi, kata DR Sukardi Rinakit. "Mereka kadang lupa bahwa jejaring yang dipunyainya itu, sudah lama `nggak` berfungsi," kata pakar politik itu kepada ANTARA News, di Jakarta, Senin. Direktur Eksekutif Sugeng Sarjadi Syndicate tersebut mengatakan, untuk merespons manuver mantan Ketua Umum Golongan Karya (Golkar), Harmoko, dengan kendaraan politik barunya bernama Partai Kerakyatan Nasional. Partai tersebut dideklarasikan secara resmi ke publik pada hari Sabtu pekan lalu, dan Harmoko yang pernah menjadi Ketua Umum DPP Golkar (sebelum berubah menjadi Partai Golkar) menjadi salah satu pentolan utamanya. Sukardi mengungkapkan, memang kalau kondisi rakyat kurang bagus (ada kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi), selalu saja menarik orang lain untuk secara subyektif merasa bisa mengatasi masalah tersebut. "Figur-figur yang mempunyai sumberdaya politik, seperti Pak Harmoko, juga kena waham itu. Tetapi, seperti yang saya katakan tadi, mereka kadang lupa, bahwa jejaring yang dipunyai itu sudah lama `nggak` berfungsi," katanya. Selain itu, menurut dia, dari sisi umur, juga sudah pada sepuh. "Sementara ranah politik bergerak sangat dinamis," ujarnya. Jadi, lanjutnya, meskipun Harmoko akan mempromosikan anak-anak muda, tetapi kalau rekrutmen baru itu hanya bagian dari jejaring lama, jelas tidak akan efektif. "Langkah itu baru akan ada denyutnya, jika pak Harmoko berhasil mengggaet anak-anak muda potensial dari dan di luar jejaring yang selama ini dia miliki," ujar Sukardi Rinakit menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008