Jakarta (ANTARA) - Dalam empat Piala Dunia terakhir atau selama 17 tahun, turnamen sepak bola akbar ini senantiasa diselimuti pertanyaan yang itu-itu saja, yakni apakah Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo yang akhirnya mengangkat trofi juara dunia?

Pertanyaan tersebut tak pernah terjawab karena kedua pemain itu juga berulang kali gagal.

Tetapi itu tak membuat orang-orang berhenti mengajukan pertanyaan itu. Kini pun dalam Piala Dunia 2022 di Qatar yang segera dibuka Minggu tanggal 20 November ini, pertanyaan sama kembali dilontarkan.

Kali ini pertanyaan tersebut terasa istimewa mengingat kedua pemain tengah dalam senja kala karirnya.

Messi berusia 35 tahun, sedangkan Ronaldo lebih tua lagi, 37 tahun.

Messi sudah menyatakan Qatar adalah Piala Dunia terakhirnya. Sebaliknya, Ronaldo belum berbicara apa-apa soal gantung sepatu.

Mungkin setelah mengangkat trofi Piala Dunia, mereka baru serius meninggalkan sepak bola profesional.

Yang jelas, sekalipun bintang-bintang sepak bola terus bermunculan, belum ada yang menyamai prestasi kedua superstar ini, termasuk tingkat konsistensi mereka.

Kedua ikon itu telah mendefinisikan lagi lanskap olahraga terpopuler di jagat raya ini.

Mereka berdua total sudah mencetak 1.600 gol, merengkuh 12 dari 14 Ballon d’Or dan berbagi 50 trofi turnamen besar baik tingkat klub maupun tingkat tim nasional.

Konsistensi mereka yang begitu lama nyaris tak bisa disaingi siapa pun, meski talenta-talenta hebat terus bermunculan setelah mereka, dari Neymar sampai Kylian Mbappe, dari Sadio Mane sampai Erling Haaland.

Tetap saja, rivalitas antara Messi dan Ronaldo selalu menjadi warna dominan, sekalipun belakangan ini yang terakhir disebut memperlihatkan performa terburuk sepanjang karirnya.

Rivalitas mereka bagaikan persaingan nyaris abadi antara Roger Federer dan Rafael Nadal dalam tenis di tengah terus munculnya talenta muda hingga yang terkini seperti Carlos Alcaraz, Stefanos Tsisipas, Casper Ruud, atau Daniil Medvedev. Federer belum lama ini pensiun dari tenis.

Mungkin juga bakat-bakat besar sepak bola mesti menunggu Ronaldo dan Messi pensiun agar bisa menjadi ikon-ikon lapangan hijau seperti kedua superstar itu.

Namun tak dipungkiri lagi baik Messi maupun Ronaldo sangat ingin menutup tirai karir mereka dengan merangkul trofi Piala Dunia.

Selanjutnya: Maradona acuan Messi Maradona acuan Messi

Ronaldo dan Messi mungkin akan terus bermain sampai satu Piala Dunia lagi, tetapi Piala Dunia 2022 adalah kesempatan paling realistis bagi mereka.

Mereka sendiri sudah mempersembahkan trofi besar lainnya kepada negaranya masing-masing.

Ronaldo mempersembahkan Piala Eropa kepada Portugal pada 2016, sedangkan Messi menghadiahkan Copa America kepada Argentina pada 2021.

Dalam ajang-ajang itu mereka begitu klinis, tetapi itu acap tak menular selama Piala Dunia.

Mereka total sudah mencetak 207 gol internasional yang 117 golnya dibuat Ronaldo yang membuatnya menjadi pemegang rekor dunia pencetak gol internasional yang paling banyak sepanjang masa.

Tapi keduanya agak melempem dalam Piala Dunia. Ronaldo belum pernah mencetak gol dalam enam pertandingan fase gugur terakhir Piala Dunia, sedangkan Messi sudah tak melakukannya dalam delapan pertandingan terakhir fase tersebut.

Namun mereka tetap- berbeda dalam pencapaian Piala Dunia sejauh ini.

Kalau Messi nyaris merebut trofi Piala Dunia pada Piala Dunia 2014, maka Ronaldo belum pernah melangkah sejauh itu.

Pencapaian terbaik Portugal dalam Piala Dunia sendiri adalah peringkat ketiga pada 1966 atau jauh sebelum Ronaldo lahir.

Messi mungkin tak pernah menjadikan Ronaldo sebagai patokan dalam menggapai prestasi tertinggi pada Piala Dunia, karena mendiang Diego Maradona yang justru menjadi pedomannya.

Bersama 90 golnya dalam 164 pertandingannya untuk La Albiceleste sejauh ini, Messi adalah pencetak gol internasional terbanyak di Amerika Selatan.

Ditambah deretan piala dan pencapaian pribadinya, Messi sudah seperti harta karun bagi Argentina, bahkan melampaui Maradona.

Tetap saja Maradona yang pernah menyulap Napoli yang bukan apa-apa menjadi kampiun di Italia dan Eropa, dianggap manusia setengah dewa di Argentina.

Bukan saja karena sepak terjangnya di Napoli, tapi lebih karena Maradona sukses mempersembahkan Piala Dunia kepada Argentina pada 1986 dalam kondisi nyaris "one man show".

Messi ingin mencapai level itu, tetapi bukan predikat kekultusan Maradona, melainkan sukses dalam Piala Dunia.

Sudah dalam empat Piala Dunia terakhir dia ingin seperti itu, tetapi mungkin baru Piala Dunia 2022 Messi merasa kesempatan yang terbentang di hadapannya begitu lapang.

Itu karena dia mendapatkan tim yang membuatnya menjadi jauh lebih matang sampai membuat skuad Argentina kompak dan begitu kuat yang mengantarkan dia akhirnya meraih Copa America pada 2021.

Selanjutnya: Ronaldo berubah
  Ronaldo berubah

Sebaliknya, Ronaldo belakangan ini malah seperti 'post power syndrome'. Dia yang dulu dikenal rendah hati dan hangat menjadi terlihat egois sekali.

Dia mencerca klubnya saat ini, Manchester United, dan juga pelatih Erik ten Hag, karena merasa dikhianati, justru ketika semua orang menjadi saksi betapa semua orang memanjakan dia, termasuk ten Hag sendiri yang sebenarnya masih berharap sentuhan magisnya.

Unek-uneknya dalam wawancara televisi baru-baru ini tak saja membuat rekan-rekan satu timnya di Manchester United murka, namun juga sempat menciptakan suasana rikuh dalam skuad Portugal.

Tak hanya kematangan sikap, dalam soal performa pun Messi kini lebih baik ketimbang Ronaldo.

Baca juga: Preview Piala Dunia Qatar: Senegal vs Belanda

Kalau Ronaldo kesulitan menemukan lagi permainan terbaiknya dan sentuhan ajaibnya di depan gawang lawan dengan hanya mencetak tiga gol dalam semua kompetisi, tidak demikian halnya dengan Messi.

Mantan pemain Barcelona itu sudah menemukan lagi performa terbaiknya dengan mempersembahkan 11 gol dan 14 assist untuk Paris Saint Germain musim ini.

Messi juga mendapatkan skuad dan atmosfer tim yang lebih baik ketimbang Ronaldo walaupun baik Portugal maupun Argentina sama-sama dihuni pemain-pemain kelas dunia yang kebanyakan memperkuat klub-klub penguasa Eropa.

Messi kini bersama tim yang solid dan kompak di bawah asuhan Lionel Scaloni yang sudah melewati 36 pertandingan tak terkalahkan termasuk saat menjuarai Copa America pada 2021 dengan mengalahkan Brazil dalam final.

Baca juga: Artikel - Statistik menarik Piala Dunia 2022

Mereka di ambang memecahkan rekor dunia yang saat ini dipegang Italia dengan 37 pertandingan.

Perbedaan lainnya adalah perilaku Messi yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya.

Saat mencapai final Piala Dunia 2014 untuk kemudian dikalahkan Jerman, Argentina terlihat seolah hanya Messi.

Kini, Messi terlihat lebih berusaha menjaga kekompakan tim dengan tak ingin terlihat menjadi pemain yang paling menonjol.

Justru dengan sikapnya itu pemain-pemain Argentina menjadi memiliki chemistry yang lebih kuat. Tak ada lagi yang egois, termasuk Messi.

Baca juga: Artikel - Piala Dunia dan peran sentral gelandang tengah

Keadaan ini berbeda pada Portugal, yang terlihat tidak sekolektif Argentina.

Itu pula yang membuat tim asuhan Fernando Santos itu harus terlebih dahulu melewati playoff Eropa sebelum bisa terbang ke Qatar

Padahal mereka adalah skuad yang sama dengan tim yang menjuarai Euro 2016.

Tetapi statistik kadang tak sesuai dengan perjalanan putaran final Piala Dunia yang membuat Messi dan Ronaldo tetap memiliki peluang sama kuat dalam menggapai sukses tertinggi atau bisa juga bernasib sama dengan yang sudah-sudah.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Antara Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo

Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024