Singapura (ANTARA) - Dolar bergerak lebih rendah di awal sesi Asia pada Selasa  (27/12/2022)  pagi, sementara mata uang Antipodean (Australia dan Selandia Baru) melonjak karena selera risiko meningkat setelah China mengatakan akan membatalkan aturan karantina COVID untuk pelancong yang masuk, langkah besar menuju pelonggaran pembatasan.

Dolar Selandia Baru terangkat 0,65 persen menjadi 0,63115 dolar AS, sementara Aussie naik 0,25 persen menjadi 0,67485 dolar AS dalam sebagian besar perdagangan yang tipis di tengah musim liburan akhir tahun. Kedua mata uang tersebut sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan China.

China akan berhenti mewajibkan pelancong yang masuk untuk melakukan karantina pada saat kedatangan mulai 8 Januari, kata Komisi Kesehatan Nasional pada Senin (26/12/2022), bahkan ketika kasus COVID melonjak. Pada saat yang sama Beijing menurunkan peraturan untuk menangani kasus COVID menjadi Kategori B yang tidak terlalu ketat dari Kategori A tingkat atas.

"Tampaknya tidak ada penurunan dalam laju pelonggaran pembatasan COVID meskipun kasus COVID melonjak di daratan," kata Ahli Strategi Mata Uang OCBC, Christopher Wong.  "Ini mungkin menunjukkan tekad pembuat kebijakan China untuk membuka kembali sepenuhnya."

"Selain itu ada berita China berpotensi mengambil langkah luar biasa untuk mendukung pertumbuhan," kata Wong.

Di tempat lain sterling naik 0,16 persen menjadi 1,20865 dolar, sementara euro menguat 0,06 persen menjadi 1,06395 dolar. Terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, indeks dolar AS stabil di 104,12.

Data yang dirilis pada Jumat (23/12/2022) menunjukkan bahwa belanja konsumen AS hampir tidak meningkat pada November, sementara inflasi semakin menurun, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat mengurangi jalur pengetatan kebijakan moneter yang agresif.

"Sejalan dengan tren musimannya, Desember telah menjadi bulan yang lemah bagi greenback," kata Ahli Strategi Valas ING, Francesco Pesole.

"Perlu diingat bahwa dolar naik setiap empat tahun terakhir pada Januari. Pandangan kami untuk awal 2023 masih salah satu pemulihan dolar."

Yen Jepang naik 0,1 persen menjadi 132,75 per dolar, karena mata uang yang baru-baru ini rapuh terus didukung oleh perubahan mengejutkan bank sentral Jepang (BoJ) terhadap kebijakan kurva imbal hasil minggu lalu.

Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda pada Senin (26/12/2022) mengesampingkan kemungkinan keluar dari kebijakan moneter ultra-longgar dalam waktu dekat, bahkan ketika pasar dan pembuat kebijakan mengisyaratkan peningkatan fokus pada apa yang terjadi setelah masa jabatan Kuroda berakhir pada April tahun depan.

"Sementara ... perubahan kebijakan telah menambah ketidakpastian pada prospek BoJ, kami terus bersandar pada pembuat kebijakan BoJ yang tidak membuat penyesuaian kebijakan lebih lanjut hingga akhir 2023," kata analis di Wells Fargo.

"Tekanan inflasi diperkirakan akan mereda, yang akan mengurangi motivasi BoJ untuk langkah kebijakan lebih lanjut."

Di pasar uang kripto, pemberi pinjaman kripto Vauld telah membatalkan potensi akuisisi oleh saingannya Nexo, menurut laporan CoinDesk.

Bitcoin terakhir diperdagangkan sedikit lebih rendah di 16.914 dolar AS, sementara ether tergelincir 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.227 dolar AS.



Baca juga: Emas terangkat di atas level 1.800 dolar

Baca juga: Rupiah melemah di tengah kekhawatiran resesi

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024