Astana (ANTARA) - Kazakhstan pada Minggu (19/3) akan menyelenggarakan pemilihan umum, yang dianggap pemerintah sebagai perkembangan melegakan, setelah negara itu pada Januari 2022 dilanda kerusuhan yang menewaskan 238 orang.

Pemilu tersebut, untuk menentukan para anggota majelis rendah parlemen (Mazhilis) dan badan perwakilan daerah (maslikhats), juga akan berlangsung setelah Kassym-Jomart Tokayev pada November 2022 terpilih kembali sebagai presiden Kazakhstan menggantikan Nursultan Nazarbayev.

Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan Roman Vassilenko ketika berbicara di Astana, Kazakhstan, pada Kamis (16/3), mengatakan pemilu kali ini merupakan perpanjangan tekad Presiden Tokayev untuk mendorong kemajuan reformasi dan demokrasi menuju "Kazakhstan yang Adil".

"Walaupun ada tantangan yang dihadapi pada Januari tahun lalu, kami berhasil menerapkan reformasi transformatif dan mengamandemen Konstitusi untuk kepentingan negara dan rakyat kami," kata Vassilenko kepada puluhan jurnalis asing.

Reformasi, ujarnya, telah mengantarkan prinsip-prinsip demokrasi baru di Kazakhstan, termasuk parlemen yang lebih berpengaruh, kekuasaan presiden yang terbatas, dan pemilihan langsung wali kota.

Ia menyebut beberapa inisiatif juga diluncurkan pada awal tahun ini, antara lain pembentukan Mahkamah Konstitusi yang memungkinkan setiap warga negara mengajukan permohonan perlindungan bagi hak-haknya.

Vassilenko menekankan bahwa negaranya bertekad melaksanakan pemilu 19 Maret sesuai undang-undang nasional serta praktik-praktik terbaik yang dijalankan masyarakat internasional.

Untuk memastikan keterbukaan dan transparansi selama kampanye pemilu dan hari pemungutan suara, Kazakhstan juga mengundang pengamat internasional.

Vassilenko mengungkapkan ada, antara lain 800 pemantau internasional serta 250 jurnalis asing, yang akan memantau pelaksanaan Pemilu Kazakhstan pada 19 Maret.

Sebanyak tujuh partai politik dan kandidat di daerah pemilihan dengan satu wakil akan memperebutkan 98 kursi di Mazhilis dan 3.415 kursi di maslikhat.

Kazakhstan dilanda serangkaian protes

Pada awal Januari 2022, Kazakhstan dilanda serangkaian protes yang berujung pada bentrokan maut.

Menurut data yang dikutip Kementerian Luar Negeri Kazakhstan, kerusuhan tersebut mengakibatkan 238 korban jiwa, termasuk 19 polisi dan tentara.

Gelombang protes itu berlangsung setelah kenaikan harga elpiji.

Para pejabat pemerintah Kazakhstan menyebut peristiwa yang terjadi pada Januari 2022 itu sebagai percobaan kudeta.

Tokayev merupakan presiden kedua Kazakhstan sejak negara di Asia Tengah itu menyatakan kemerdekaan dari Uni Soviet pada Desember 1991.

Ia sempat menjabat sebagai presiden sementara Kazakhstan 20 Maret-12 Juni 2019 pascapengunduran diri Presiden Nursultan Nazarbayev, yang telah menjabat selama hampir tiga dasawarsa.

Kazakhstan berpenduduk 19,2 juta orang, yang 40 persen di antaranya berusia di bawah 25 tahun.


 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kazakhstan gelar pemilu setahun setelah kerusuhan maut

Pewarta : Tia Mutiasari
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024