Kupang (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Nusa Tenggara Timur, Mikhael Rajamuda Bataona, menilai pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan para ketua umum partai politik menunjukkan bahwa Jokowi menginginkan kekompakan politik dalam Pilpres 2024.

"Pertemuan Jokowi dengan enam ketua umum parpol pendukung pemerintah minus Nasdem menunjukkan Jokowi ingin ada kekompakan politik dalam pilpres meskipun partai-partai pendukung beda arah politik," katanya ketika dihubungi di Kupang, Kamis, (4/5/2023).

Ia mengatakan berkaitan makna secara politis dari pertemuan Presiden Joko Widodo dengan enam ketua umum parpol yaitu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hingga Ketum PKB Muhaimin Iskandar di Jakarta.

Bataona mengatakan Presiden Jokowi mulai memainkan bandul politik terbarunya setelah hipotesisnya untuk mendukung ide koalisi besar yang menduetkan Probowo dan Ganjar Pranowo sulit tercapai karena PDIP telah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.

Penetapan itu, kata dia, membuat suhu politik di internal parpol pendukung pemerintah sedang sangat panas karena reaksi PDIP yang sama sekali tidak bergeming dengan manuver koalisi besar yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang sempat dihadiri Jokowi, sangat di luar dugaan. PDIP, kata dia dengan tegas langsung menetapkan Ganjar Pranowo sebagai capres tanpa kompromi.

"Jadi saya membaca bahwa situasi panas ini terjadi setelah PDIP merasa seolah-olah dikepung dan dikunci lewat pertemuan koalisi besar KIB dan KIR yang juga dihadiri Jokowi. Sehingga PDIP sebagai partai pemenang pemilu lalu bereaksi dengan menetapkan Ganjar sebagai capres," katanya.

Kondisi inilah, kata dia, yang membuat situasi internal partai-partai di lingkaran Presiden ini langsung memanas sehingga Jokowi sebagai tokoh kunci lalu mengambil inisiatif untuk menyejukkan dan mendamaikan itu. 

Oleh sebab itu, Bataona melanjutkan, pertemuan itu adalah untuk menyejukkan suasana politik yang sempat memanas itu sehingga semua ketum partai minus Nasdem bisa duduk satu meja dan berdiskusi.

"Mereka sengaja diberi arahan tentang ancaman ekonomi global tapi sesungguhnya poin pentingnya adalah soal soliditas dan kekompakan politik dalam pilpres, Meskipun nanti partai-partai itu beda arah politik, kata dia, Jokowi ingin agar semuanya tetap saling menghormati." katanya.

Lebih lanjut Bataona mengatakan, pertemuan tersebut sengaja dirancang Jokowi sebagai sebuah pesan simbolik ke publik bahwa semua partai pemerintah baik PDIP, KIR maupun KIB itu kompak. 

"Karena apabila rakyat dan terutama pihak oposisi melihat koalisi pemerintah tidak lagi solid maka repot. Dampaknya bisa ke mana-mana termasuk pada ekonomi," katanya.

Ia menambahkan, pertemuan tersebut murni seremonial dengan tujuan politis yaitu sebagai medium komunikasi politik meredam isu-isu liar di ruang publik tentang soliditas pemerintah. 

"Jadi itu tujuan utama Jokowi yaitu meredam friksi di internal partai-partai sekaligus memberi pesan positip ke publik tentang kekompakan pemerintah," katanya.


Baca juga: Pengamat: Golkar dan PAN tidak mungkin bersikap jadi tandingan PDIP

Baca juga: Muhaimin dan Prabowo gelar pertemuan Jumat sore

 

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024