Rote Ndao, NTT (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, berharap Program The Arafura and Timor Seas Ecosystem Action (ATSEA) yang didanai Global Environment Facility (GEF) dan didukung United Nations Development Programme (UNDP) berlanjut karena berdampak positif bagi masyarakat pesisir.
“Program ATSEA yang sudah berjalan sejak 2021 ini memberikan dampak positif bagi masyarakat di kawasan pesisir khususnya saat adanya perubahan iklim,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao Jusup B. Messakh di Kota Ba’a Kabupaten Rote Ndao, Senin, (19/6/2023).
Jusup menyampaikan ini berkaitan dengan sudah mau berakhirnya program ATSEA II yang dilaksanakan di Kabupaten Rote Ndao khususnya di tiga kecamatan pesisir di pulau paling selatan NKRI tersebut.
Dia menilai bahwa keberadaan Program ATSEA II di kabupaten Rote memberikan pengetahuan baru dan peningkatan ekonomi masyarakat di kabupaten tersebut.
“Mereka (masyarakat pesisir.red) senang karena Program ATSEA II membantu peningkatan ekonomi mereka, mereka sangat tertolong,” tambah dia.
Jusup mengatakan jika perlu program ATSEA itu dilanjutkan setidaknya tiga sampai empat tahun mendatang, karena memang juga membantu pemerintah daerah.
Koordinator Program ATSEA II tingkat Kabupaten Rote Ndao Mikael Leuape ditemui terpisah di Rote Ndao menjelaskan ATSEA II melaksanakan serangkaian rencana pengelolaan pesisir terpadu (PPT), terdiri atas adaptasi berbasis ekosistem, intervensi mata pencaharian alternatif dan proyek peningkatan kapasitas.
Selain itu, program menyediakan pelatihan dan memfasilitasi pertukaran regional dalam merespon tumpahan minyak dan kesiapan manajemen bencana untuk pihak berwenang lokal terpilih dan perwakilan masyarakat untuk mengatasi polusi di wilayah tersebut.
Lebih lanjut tambah dia, bahwa fase pertama ATSEA dilakukan pada tahun 2015 lalu tetapi lokasinya bukan di Rote Ndao.
Sementara pada ATSEA II disepakati dimulai pada tahun 2019, namun ketika hendak dimulai ada pandemi COVID-19, sehingga tidak dijalankan, tetapi koordinasi tetap dijalankan.
“Pada tahun 2021 program itu mulai berjalan dengan membimbing masyarakat pesisir di tiga kecamatan empat desa,” ujar dia.
Empat desa pesisir itu adalah Daiama di kecamatan Landu Leko, desa Oeseli dan desa Landu Tii di kecamatan Rote Barat Daya, kemudian di desa Bo’a di kecamatan Rote Barat.
“Fokus program ATSEA II ini sendiri adalah pembinaan masyarakat di pesisir mengantisipasi terjadinya perubahan iklim. Masyarakat pesisir dibina untuk tidak hanya menjadi menjadi nelayan atau petani rumput laut tetapi bisa mengerjakan pekerjaan lain yang dapat menghasilkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat,” tambah dia.
Lebih lanjut, kata dia, juga dalam pembinaan masyarakat pesisir, pihaknya bersinergi dengan berbagai pihak terkait seperti perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yakni Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang.
Baca juga: Astra resmikan gedung sekolah baru di Rote Ndao
Baca juga: KKP RI-AFMA izinkan nelayan tradisional Indonesia tangkap ikan di MoU Box
“Program ATSEA yang sudah berjalan sejak 2021 ini memberikan dampak positif bagi masyarakat di kawasan pesisir khususnya saat adanya perubahan iklim,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rote Ndao Jusup B. Messakh di Kota Ba’a Kabupaten Rote Ndao, Senin, (19/6/2023).
Jusup menyampaikan ini berkaitan dengan sudah mau berakhirnya program ATSEA II yang dilaksanakan di Kabupaten Rote Ndao khususnya di tiga kecamatan pesisir di pulau paling selatan NKRI tersebut.
Dia menilai bahwa keberadaan Program ATSEA II di kabupaten Rote memberikan pengetahuan baru dan peningkatan ekonomi masyarakat di kabupaten tersebut.
“Mereka (masyarakat pesisir.red) senang karena Program ATSEA II membantu peningkatan ekonomi mereka, mereka sangat tertolong,” tambah dia.
Jusup mengatakan jika perlu program ATSEA itu dilanjutkan setidaknya tiga sampai empat tahun mendatang, karena memang juga membantu pemerintah daerah.
Koordinator Program ATSEA II tingkat Kabupaten Rote Ndao Mikael Leuape ditemui terpisah di Rote Ndao menjelaskan ATSEA II melaksanakan serangkaian rencana pengelolaan pesisir terpadu (PPT), terdiri atas adaptasi berbasis ekosistem, intervensi mata pencaharian alternatif dan proyek peningkatan kapasitas.
Selain itu, program menyediakan pelatihan dan memfasilitasi pertukaran regional dalam merespon tumpahan minyak dan kesiapan manajemen bencana untuk pihak berwenang lokal terpilih dan perwakilan masyarakat untuk mengatasi polusi di wilayah tersebut.
Lebih lanjut tambah dia, bahwa fase pertama ATSEA dilakukan pada tahun 2015 lalu tetapi lokasinya bukan di Rote Ndao.
Sementara pada ATSEA II disepakati dimulai pada tahun 2019, namun ketika hendak dimulai ada pandemi COVID-19, sehingga tidak dijalankan, tetapi koordinasi tetap dijalankan.
“Pada tahun 2021 program itu mulai berjalan dengan membimbing masyarakat pesisir di tiga kecamatan empat desa,” ujar dia.
Empat desa pesisir itu adalah Daiama di kecamatan Landu Leko, desa Oeseli dan desa Landu Tii di kecamatan Rote Barat Daya, kemudian di desa Bo’a di kecamatan Rote Barat.
“Fokus program ATSEA II ini sendiri adalah pembinaan masyarakat di pesisir mengantisipasi terjadinya perubahan iklim. Masyarakat pesisir dibina untuk tidak hanya menjadi menjadi nelayan atau petani rumput laut tetapi bisa mengerjakan pekerjaan lain yang dapat menghasilkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat,” tambah dia.
Lebih lanjut, kata dia, juga dalam pembinaan masyarakat pesisir, pihaknya bersinergi dengan berbagai pihak terkait seperti perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yakni Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang.
Baca juga: Astra resmikan gedung sekolah baru di Rote Ndao
Baca juga: KKP RI-AFMA izinkan nelayan tradisional Indonesia tangkap ikan di MoU Box