Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkap sumber gempa bumi berupa sesar Rajamandala dan tumbukan dua lempeng benua menyebabkan rawan gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
"Kabupaten Cianjur tergolong daerah rawan gempa bumi, karena terletak dekat dengan sumber gempa bumi, yaitu sesar aktif di darat (sesar Rajamandala) dan zona penunjaman yang terletak di laut selatan Sukabumi akibat tumbukan antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia," kata Pelaksana tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan di Jakarta, Selasa, (31/10/2023).
Baca juga: PVMBG bilang Gempa Karangasem akibat sesar naik busur belakang Flores
Baca juga: Artikel - Menelusuri keindahan warisan geologi Meratus
Pada 1 Oktober 2023, pukul 11.00 WIB, gempa bumi berkekuatan 5,4 magnitudo dengan kedalaman 88 kilometer mengguncang Kabupaten Sukabumi dan getarannya menjalar hingga ke Kabupaten Cianjur. Sejumlah bangunan mengalami kerusakan akibat peristiwa gempa bumi tersebut.
Kota Cianjur merupakan bagian bawah dari morfologi tubuh gunung api, yaitu Gunung Gede yang tergolong sebagai gunung api tipe A dan membentuk morfologi dataran hingga dataran bergelombang.
Adapun daerah yang mengalami kerusakan bangunan di daerah Cibeber, Kabupaten Cianjur merupakan morfologi dataran bergelombang hingga perbukitan bergelombang yang tersusun oleh tanah keras (kelas C) dan tanah sedang (kelas D).
Daerah itu umumnya tersusun oleh endapan kuarter, yaitu batuan rombakan gunung api muda hasil erupsi Gunung Gede yang terdiri atas breksi gunung api, lahar, lapili, dan tuff.
Pada beberapa tempat tersebar bukit-bukit kecil yang tersusun oleh bongkahan-bongkahan basal di sekitar Kota Cianjur dan daerah Cibeber. Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan.
Pelapukan batuan rombakan gunung api muda mengakibatkan terbentuknya tanah gembur dan subur yang ditunjang oleh posisi muka air tanah dangkal.
Batuan rombakan gunung api muda tersebut sebagian telah mengalami pelapukan, dan pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak, memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Menurut peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi (KRBG) Jawa Barat yang diterbitkan oleh Badan Geologi tahun 2019, daerah-daerah yang mengalami kerusakan bangunan di Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber.
Daerah itu terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi yang berpotensi terlanda guncangan dengan skala intensitas gempa bumi lebih dari VIII MMI.
"Untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi, bangunan di daerah itu harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi," kata Wafid.
Gempa Cianjur pada 1 Oktober 2023, bersumber dari aktivitas zona penunjaman menengah atau dikenal dengan sebutan gempa bumi intraslab yang mengakibatkan terjadinya kerusakan bangunan di Kampung Sangkali/Layungsari dan Kampung Pasir Munding, Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber.
Guncangan gempa bumi di lokasi kerusakan bangunan pada skala intensitas IV MMI. Lokasi kerusakan bangunan merupakan dataran bergelombang hingga perbukitan bergelombang yang tersusun oleh endapan kuarter berupa pelapukan dari batuan rombakan gunung api muda.
Pelapukan batuan rombakan gunung api muda mengakibatkan terbentuknya tanah gembur dan subur yang ditunjang oleh posisi muka air tanah dangkal.
Batuan rombakan gunung api muda tersebut sebagian telah mengalami pelapukan, dan pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak, memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Menurut peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi (KRBG) Jawa Barat yang diterbitkan oleh Badan Geologi tahun 2019, daerah-daerah yang mengalami kerusakan bangunan di Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber.
Daerah itu terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi yang berpotensi terlanda guncangan dengan skala intensitas gempa bumi lebih dari VIII MMI.
"Untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi, bangunan di daerah itu harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi," kata Wafid.
Gempa Cianjur pada 1 Oktober 2023, bersumber dari aktivitas zona penunjaman menengah atau dikenal dengan sebutan gempa bumi intraslab yang mengakibatkan terjadinya kerusakan bangunan di Kampung Sangkali/Layungsari dan Kampung Pasir Munding, Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber.
Guncangan gempa bumi di lokasi kerusakan bangunan pada skala intensitas IV MMI. Lokasi kerusakan bangunan merupakan dataran bergelombang hingga perbukitan bergelombang yang tersusun oleh endapan kuarter berupa pelapukan dari batuan rombakan gunung api muda.
Baca juga: PVMBG bilang Gempa Karangasem akibat sesar naik busur belakang Flores
Baca juga: Artikel - Menelusuri keindahan warisan geologi Meratus