Kupang (Antara NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengatakan proses pendidikan di daerah itu harus mampu menghasilkan generasi-generasi berkarakter Pancasila.
Gubernur dua periode itu mengatakan hal tersebut kepada waratawan usia memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2017 di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan, Hardiknas merupakan kesempatan untuk meneguhkan kembali komitmen bersama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.
"Pendidikan haru menghasilkan manusia yang berilmu, berteknologi, tidak hanya itu namun harus berkarakter Pancasila," katanya.
Pendidikan, lanjutnya, tidak boleh hanya menghasilkan generasi-generasi Indonesia yang cerdas namun kemudian memiliki karakter yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Menurutnya, hal itu yang harus dikerjakan terus-menerus baik pemerintah, masyarakat dan semua stakeholder di provinsi kepulauan itu dari waktu ke waktu secara bersama-sama pula.
"Karena itu saya minta agar Pancasila harus terus-meneeus menjadi perhatian dari para pelaku pendidikan, " katanya menegaskan.
Gubernur Lebu Raya mengakui secara institusional, pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah namun secara moral menjadi tanggung jawab bersama termasuk orang tua peserta didik.
Dalam memperingati Hardiknas itu, gubernur juga mengunjungi sekolah-sekolah terutama SD-SMP, tempat di mana ia menyelesaikan masa pendidikannya duluh.
Tujuannya, kata dia, untuk memotivasi para siswa agar memiliki cita-cita yang tinggi dan berjuang keras untuk menggapainya dengan menuntaskan masa pendidikannya.
"Ini penting untuk memotivasi anak-anak kita, dan para guru juga tentunya bangga bahwa ada anak didiknya yang kemudian menjadi gubernur," katanya.
Di sisi lain, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam refleksi Harsiknas kepada Antara menyatakan, partispasi pendidikan di provinsi beragam pulau itu masih sangat rendah.
Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi NTT Alo Min, mengatakan hal itu terlihat dari masih tingginya angka berhenti sekolah. Artinya siswa setara SMP yang tiga tahun lalu menamatkan jenjang SMP tidak melanjut ke jenjang SMA atau sederajat.
Menurutnya, hal ini menjadi dasar refleksi seluruh jajaran kependidikan di NTT termasuk seluruh masyarakat dan komponennya di hari peringatan pendidikan nasional untuk bisa bersama-sama mendorong kemajuan partisipasinya.
Dia menyebut, dari sekitar 4.000 lulusan setara SMP sederajat pada tiga tahun lalu, harusnya di tahun ini telah mengikuti ujian akhir di setara SMA sederajat. Namun hal itu tidak terjadi. "Itu artinya para siswa itu memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi," katanya.
Persoalan lainnya, katanya, mutu pendidikan yang juga sampai saat ini masih di bawah kualitas yang diharapkan.
Gubernur dua periode itu mengatakan hal tersebut kepada waratawan usia memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2017 di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan, Hardiknas merupakan kesempatan untuk meneguhkan kembali komitmen bersama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.
"Pendidikan haru menghasilkan manusia yang berilmu, berteknologi, tidak hanya itu namun harus berkarakter Pancasila," katanya.
Pendidikan, lanjutnya, tidak boleh hanya menghasilkan generasi-generasi Indonesia yang cerdas namun kemudian memiliki karakter yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Menurutnya, hal itu yang harus dikerjakan terus-menerus baik pemerintah, masyarakat dan semua stakeholder di provinsi kepulauan itu dari waktu ke waktu secara bersama-sama pula.
"Karena itu saya minta agar Pancasila harus terus-meneeus menjadi perhatian dari para pelaku pendidikan, " katanya menegaskan.
Gubernur Lebu Raya mengakui secara institusional, pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah namun secara moral menjadi tanggung jawab bersama termasuk orang tua peserta didik.
Dalam memperingati Hardiknas itu, gubernur juga mengunjungi sekolah-sekolah terutama SD-SMP, tempat di mana ia menyelesaikan masa pendidikannya duluh.
Tujuannya, kata dia, untuk memotivasi para siswa agar memiliki cita-cita yang tinggi dan berjuang keras untuk menggapainya dengan menuntaskan masa pendidikannya.
"Ini penting untuk memotivasi anak-anak kita, dan para guru juga tentunya bangga bahwa ada anak didiknya yang kemudian menjadi gubernur," katanya.
Di sisi lain, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam refleksi Harsiknas kepada Antara menyatakan, partispasi pendidikan di provinsi beragam pulau itu masih sangat rendah.
Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi NTT Alo Min, mengatakan hal itu terlihat dari masih tingginya angka berhenti sekolah. Artinya siswa setara SMP yang tiga tahun lalu menamatkan jenjang SMP tidak melanjut ke jenjang SMA atau sederajat.
Menurutnya, hal ini menjadi dasar refleksi seluruh jajaran kependidikan di NTT termasuk seluruh masyarakat dan komponennya di hari peringatan pendidikan nasional untuk bisa bersama-sama mendorong kemajuan partisipasinya.
Dia menyebut, dari sekitar 4.000 lulusan setara SMP sederajat pada tiga tahun lalu, harusnya di tahun ini telah mengikuti ujian akhir di setara SMA sederajat. Namun hal itu tidak terjadi. "Itu artinya para siswa itu memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi," katanya.
Persoalan lainnya, katanya, mutu pendidikan yang juga sampai saat ini masih di bawah kualitas yang diharapkan.