Lewoleba (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengimbau warga yang tinggal di sekitar lereng gunung Ili Lewotolok untuk tidak nekat melawan alam karena bisa mengancam nyawa.
"Sektor paling berbahaya di gunung Ili Lewotolok menurut laporan dari PVBMG adalah di sektor Tenggara. Oleh karena itu saya berharap warga jangan coba-coba melawan alam," kata Doni Monardo di Lembata, Rabu, (2/12).
Hal ini sampaikannya karena masih banyak warga yang tidak mau dievakuasi, justru lebih memilih tetap betaktivitas seperti biasa di kawasan rawan bencana itu.
Ia meminta agar area tersebut benar-benar terbebas dari penduduk. Oleh karena itu ia meminta pemda untuk mengedukasi dan mitigasi bencana tersebut sehingga warga juga bisa paham.
Namun lanjut dia jika setelah diberikan edukasi namun masih ada yang melawan dan tak ingin dievakuasi maka menurut dia diperlukan langkah tegas.
"Kalo tidak patuh, perlu ada langkah tegas. Kalo satu dua masih bertahan di kampung, diperingatkan untuk mengungsi,” tegas dia.
Ia menambahkan dengan kondisi erupsi seperti saat ini warga juga selalu diimbau untuk mewaspadai ancaman awan panas, karena sudah pasti akan berbahaya.
"Kecepatan awan panas itu kurang lebih 100 kilometer perjam. Kalau dibandingkan dengan kecepatan manusia normalnya mencapai 10 kilometer per jam sehingga sangat riskan bagi manusia," tambahnya.
Baca juga: Kepala BNPB sebut kehadirannya di Lembata bukti kehadiran negara
Baca juga: BNPB salurkan Rp1 miliar untuk tanggap darurat bencana Lembata
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa "Tidak ada orang akan tahan dengan awan panas, walaupun ada bunker. Jangan nekat. Alam jangan dilawan, Tidak ada satupun kekuatan buatan manusia yang dapat melawan kekuatan alam," tambah dia.
Sementara itu ditemui terpisah di desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur Katrine mengaku tidak ingin meninggalkan rumah karena memang banyak yang harus di jaga di desa itu.
"Kami punya ternak, kalau kami mengungsi siapa yang akan rawat hewan-hewan kami. Selain itu menurut kepercayaan kami erupsi gunung ini terjadi karena alam marah," tambah dia.
Selain itu lanjut dia para tetua adat di desa itu juga sudah membuat ritual adat untuk menenangkan gunung api Ili Lewotolok itu yang hingga saat ini masih terus erupsi dengan intensitas rendah.
"Sektor paling berbahaya di gunung Ili Lewotolok menurut laporan dari PVBMG adalah di sektor Tenggara. Oleh karena itu saya berharap warga jangan coba-coba melawan alam," kata Doni Monardo di Lembata, Rabu, (2/12).
Hal ini sampaikannya karena masih banyak warga yang tidak mau dievakuasi, justru lebih memilih tetap betaktivitas seperti biasa di kawasan rawan bencana itu.
Ia meminta agar area tersebut benar-benar terbebas dari penduduk. Oleh karena itu ia meminta pemda untuk mengedukasi dan mitigasi bencana tersebut sehingga warga juga bisa paham.
Namun lanjut dia jika setelah diberikan edukasi namun masih ada yang melawan dan tak ingin dievakuasi maka menurut dia diperlukan langkah tegas.
"Kalo tidak patuh, perlu ada langkah tegas. Kalo satu dua masih bertahan di kampung, diperingatkan untuk mengungsi,” tegas dia.
Ia menambahkan dengan kondisi erupsi seperti saat ini warga juga selalu diimbau untuk mewaspadai ancaman awan panas, karena sudah pasti akan berbahaya.
"Kecepatan awan panas itu kurang lebih 100 kilometer perjam. Kalau dibandingkan dengan kecepatan manusia normalnya mencapai 10 kilometer per jam sehingga sangat riskan bagi manusia," tambahnya.
Baca juga: Kepala BNPB sebut kehadirannya di Lembata bukti kehadiran negara
Baca juga: BNPB salurkan Rp1 miliar untuk tanggap darurat bencana Lembata
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa "Tidak ada orang akan tahan dengan awan panas, walaupun ada bunker. Jangan nekat. Alam jangan dilawan, Tidak ada satupun kekuatan buatan manusia yang dapat melawan kekuatan alam," tambah dia.
Sementara itu ditemui terpisah di desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur Katrine mengaku tidak ingin meninggalkan rumah karena memang banyak yang harus di jaga di desa itu.
"Kami punya ternak, kalau kami mengungsi siapa yang akan rawat hewan-hewan kami. Selain itu menurut kepercayaan kami erupsi gunung ini terjadi karena alam marah," tambah dia.
Selain itu lanjut dia para tetua adat di desa itu juga sudah membuat ritual adat untuk menenangkan gunung api Ili Lewotolok itu yang hingga saat ini masih terus erupsi dengan intensitas rendah.