Gaza (ANTARA) - Gencatan senjata antara Israel dan militan Palestina yang dipimpin Hamas di Jalur Gaza bertahan hingga Sabtu, saat mediator Mesir berunding dengan kedua pihak untuk membicarakan perdamaian jangka panjang.
Gencatan senjata yang dimulai pada Jumat (21/5) pukul 02.00 waktu setempat --mengakhiri 11 hari penembakan lintas batas yang menyebabkan kehancuran baru di Gaza, mengguncang Israel, serta meningkatkan kekhawatiran internasional tentang kemerosotan konflik regional yang lebih luas.
Mesir, yang menengahi penghentian pertempuran dengan dukungan Amerika Serikat, mengirim delegasi ke Israel sekitar tengah hari pada Jumat untuk membahas cara-cara guna memperkuat gencatan senjata, termasuk dengan menyediakan bantuan untuk warga Palestina di Gaza, kata pejabat Hamas kepada Reuters.
Delegasi Mesir sejak itu telah berunding dengan Israel dan Gaza, dan pembicaraan yang berlanjut pada Sabtu, kata para pejabat.
Meskipun ada konfrontasi antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina di Kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem pada Jumat siang, tidak ada laporan soal peluncuran roket Hamas dari Gaza ataupun serangan militer Israel di daerah kantong tersebut pada Sabtu pagi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Kamis (20/5) bahwa Washington akan bekerja dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam mengupayakan bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi ke Gaza, dengan mengamankan dana agar tidak digunakan untuk mempersenjatai Hamas, yang oleh Barat dianggap sebagai kelompok teroris.
Para pejabat medis Gaza menyebutkan warga Palestina yang tewas akibat serangan udara dan artileri Israel mencapai 248 orang, termasuk 66 anak-anak.
Baca juga: RI tekankan pentingnya Palestina - Israel kembali ke perundingan damai
Sementara, Israel mengatakan pasukannya telah menewaskan lebih dari 200 pejuang dari Hamas dan faksi sekutunya, Jihad Islam, dan bahwa sedikitnya 17 warga sipil di Gaza kehilangan nyawa akibat tembakan roket yang dilancarkan kelompok militan gagal mencapai sasaran.
Baca juga: Hikmahanto sebut konflik Palestina - Israel kompleks
Serangan Palestina menewaskan 13 orang di Israel, termasuk dua anak, seorang tentara, dan tiga pekerja asing, kata petugas medis. (Reuters)
Gencatan senjata yang dimulai pada Jumat (21/5) pukul 02.00 waktu setempat --mengakhiri 11 hari penembakan lintas batas yang menyebabkan kehancuran baru di Gaza, mengguncang Israel, serta meningkatkan kekhawatiran internasional tentang kemerosotan konflik regional yang lebih luas.
Mesir, yang menengahi penghentian pertempuran dengan dukungan Amerika Serikat, mengirim delegasi ke Israel sekitar tengah hari pada Jumat untuk membahas cara-cara guna memperkuat gencatan senjata, termasuk dengan menyediakan bantuan untuk warga Palestina di Gaza, kata pejabat Hamas kepada Reuters.
Delegasi Mesir sejak itu telah berunding dengan Israel dan Gaza, dan pembicaraan yang berlanjut pada Sabtu, kata para pejabat.
Meskipun ada konfrontasi antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina di Kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem pada Jumat siang, tidak ada laporan soal peluncuran roket Hamas dari Gaza ataupun serangan militer Israel di daerah kantong tersebut pada Sabtu pagi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Kamis (20/5) bahwa Washington akan bekerja dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam mengupayakan bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi ke Gaza, dengan mengamankan dana agar tidak digunakan untuk mempersenjatai Hamas, yang oleh Barat dianggap sebagai kelompok teroris.
Para pejabat medis Gaza menyebutkan warga Palestina yang tewas akibat serangan udara dan artileri Israel mencapai 248 orang, termasuk 66 anak-anak.
Baca juga: RI tekankan pentingnya Palestina - Israel kembali ke perundingan damai
Sementara, Israel mengatakan pasukannya telah menewaskan lebih dari 200 pejuang dari Hamas dan faksi sekutunya, Jihad Islam, dan bahwa sedikitnya 17 warga sipil di Gaza kehilangan nyawa akibat tembakan roket yang dilancarkan kelompok militan gagal mencapai sasaran.
Baca juga: Hikmahanto sebut konflik Palestina - Israel kompleks
Serangan Palestina menewaskan 13 orang di Israel, termasuk dua anak, seorang tentara, dan tiga pekerja asing, kata petugas medis. (Reuters)