Washington (ANTARA) - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat baru-baru ini terkena serangan siber, dan pemberitahuan tentang potensi pelanggaran serius telah dibuat oleh Komando Siber Departemen Pertahanan, tulis wartawan Fox News di Twitter, Sabtu (21/8).
Belum jelas kapan pelanggaran itu ditemukan, namun diyakini telah terjadi beberapa pekan lalu, menurut cuitan wartawan itu.
Ia menambahkan bahwa misi Departemen Luar Negeri yang sedang berlangsung untuk mengevakuasi warga Amerika dan pengungsi sekutu dari Afghanistan "tidak terdampak."
Tanpa mengonfirmasi insiden apa pun, salah satu sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Departemen Luar Negeri tidak mengalami gangguan yang signifikan dan operasi mereka tidak terhambat dengan cara apa pun.
Baca juga: Presiden Biden perintahkan penyelidikan serangan terbaru "ransomware"
Baca juga: Joe Biden: Serangan siber dapat sebabkan perang di dunia nyata
"Departemen serius bertanggung jawab untuk mengamankan informasi dan terus melakukan sejumlah langkah untuk memastikan informasi terlindungi. Demi alasan keamanan, kami tidak pada posisi untuk membahas karakteristik atau ruang lingkup dari dugaan insiden keamanan siber apa pun saat ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS melalui pernyataan. (Antara/Reuters).
Belum jelas kapan pelanggaran itu ditemukan, namun diyakini telah terjadi beberapa pekan lalu, menurut cuitan wartawan itu.
Ia menambahkan bahwa misi Departemen Luar Negeri yang sedang berlangsung untuk mengevakuasi warga Amerika dan pengungsi sekutu dari Afghanistan "tidak terdampak."
Tanpa mengonfirmasi insiden apa pun, salah satu sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Departemen Luar Negeri tidak mengalami gangguan yang signifikan dan operasi mereka tidak terhambat dengan cara apa pun.
Baca juga: Presiden Biden perintahkan penyelidikan serangan terbaru "ransomware"
Baca juga: Joe Biden: Serangan siber dapat sebabkan perang di dunia nyata
"Departemen serius bertanggung jawab untuk mengamankan informasi dan terus melakukan sejumlah langkah untuk memastikan informasi terlindungi. Demi alasan keamanan, kami tidak pada posisi untuk membahas karakteristik atau ruang lingkup dari dugaan insiden keamanan siber apa pun saat ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS melalui pernyataan. (Antara/Reuters).