Tokyo (ANTARA) - Dolar menuju kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan di perdagangan Asia pada Jumat, (10/9) pagi, setelah rebound dari aksi jual yang disebabkan oleh data penggajian (payrolls) nonpertanian lebih lemah, ketika investor terus mempertimbangkan waktu pengurangan stimulus Federal Reserve.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, sedikit berubah hari ini di 92,541, namun tetap di jalur untuk kenaikan mingguan 0,49 persen.
Jumat lalu (3/9/2021), dolar merosot ke level terendah sejak 3 Agustus setelah data menunjukkan ekonomi AS menciptakan lapangan kerja paling sedikit selama tujuh bulan, mengurangi kemungkinan pengurangan program pembelian aset Fed dalam waktu dekat.
Sejak itu, sejumlah pejabat telah menyatakan bahwa pengurangan pembelian aset masih mungkin terjadi tahun ini, termasuk Gubernur Fed Michelle Bowman, yang mengatakan semalam bahwa laporan tenaga kerja Agustus yang lemah tidak akan membuat bank sentral keluar jalur.
Data pada Kamis (9/9/2021) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu ke level terendah dalam hampir 18 bulan, menawarkan lebih banyak bukti bahwa pertumbuhan pekerjaan terhambat oleh kekurangan tenaga kerja daripada pendinginan permintaan pekerja.
"The Fed tampaknya akan melakukan tapering (pengurangan pembelian obligasi) akhir tahun ini, digarisbawahi oleh komentar terbaru minggu ini," Mark McCormick, kepala strategi valas global di TD Securities, menulis dalam sebuah catatan riset.
Namun, sekalipun dengan tren ke arah kebijakan moneter yang menjadi kurang akomodatif secara global, kondisi keuangan tetap sangat longgar, yang "mengikat seberapa besar ruang gerak dolar dan mendukung aksi jual," kata McCormick.
Euro datar di 1,18235 dolar pada Jumat pagi, di jalur untuk penurunan 0,47 persen minggu ini.
Mata uang tunggal mendapat sedikit dukungan semalam, setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan akan memangkas pembelian obligasi darurat selama kuartal mendatang, seperti yang diperkirakan secara luas.
Dalam dua kuartal terakhir, bank telah membeli sekitar 80 miliar euro surat utang setiap bulan. ECB tidak memberikan panduan numerik untuk tiga bulan ke depan, tetapi analis telah memperkirakan sebelum pertemuan bahwa pembelian akan turun menjadi antara 60 miliar dan 70 miliar euro pada bulan-bulan itu.
“Itu adalah peristiwa besar bagi para ekonom, bukan bagi para pedagang,” Chris Weston, kepala penelitian di broker Pepperstone di Melbourne, menulis dalam sebuah catatan kepada klien. “Volatilitas tidak ada di sana.”
Dukungan euro di 1,18 dolar "perlu memberi jalan untuk jual guna mendapatkan daya tarik riil di sini," katanya.
Baca juga: Minyak jatuh ke terendah 2 minggu
Dolar sedikit berubah baik pada hari itu maupun untuk minggu ini di 109,71 yen, masih berliku-liku di tengah kisarannya dalam dua bulan terakhir.
Baca juga: Emas naik dipicu pelemahan dolar
Dolar Aussie tergelincir 0,07 persen menjadi 0,7363 dolar AS, menuju penurunan 1,16 persen minggu ini.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, sedikit berubah hari ini di 92,541, namun tetap di jalur untuk kenaikan mingguan 0,49 persen.
Jumat lalu (3/9/2021), dolar merosot ke level terendah sejak 3 Agustus setelah data menunjukkan ekonomi AS menciptakan lapangan kerja paling sedikit selama tujuh bulan, mengurangi kemungkinan pengurangan program pembelian aset Fed dalam waktu dekat.
Sejak itu, sejumlah pejabat telah menyatakan bahwa pengurangan pembelian aset masih mungkin terjadi tahun ini, termasuk Gubernur Fed Michelle Bowman, yang mengatakan semalam bahwa laporan tenaga kerja Agustus yang lemah tidak akan membuat bank sentral keluar jalur.
Data pada Kamis (9/9/2021) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu ke level terendah dalam hampir 18 bulan, menawarkan lebih banyak bukti bahwa pertumbuhan pekerjaan terhambat oleh kekurangan tenaga kerja daripada pendinginan permintaan pekerja.
"The Fed tampaknya akan melakukan tapering (pengurangan pembelian obligasi) akhir tahun ini, digarisbawahi oleh komentar terbaru minggu ini," Mark McCormick, kepala strategi valas global di TD Securities, menulis dalam sebuah catatan riset.
Namun, sekalipun dengan tren ke arah kebijakan moneter yang menjadi kurang akomodatif secara global, kondisi keuangan tetap sangat longgar, yang "mengikat seberapa besar ruang gerak dolar dan mendukung aksi jual," kata McCormick.
Euro datar di 1,18235 dolar pada Jumat pagi, di jalur untuk penurunan 0,47 persen minggu ini.
Mata uang tunggal mendapat sedikit dukungan semalam, setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan akan memangkas pembelian obligasi darurat selama kuartal mendatang, seperti yang diperkirakan secara luas.
Dalam dua kuartal terakhir, bank telah membeli sekitar 80 miliar euro surat utang setiap bulan. ECB tidak memberikan panduan numerik untuk tiga bulan ke depan, tetapi analis telah memperkirakan sebelum pertemuan bahwa pembelian akan turun menjadi antara 60 miliar dan 70 miliar euro pada bulan-bulan itu.
“Itu adalah peristiwa besar bagi para ekonom, bukan bagi para pedagang,” Chris Weston, kepala penelitian di broker Pepperstone di Melbourne, menulis dalam sebuah catatan kepada klien. “Volatilitas tidak ada di sana.”
Dukungan euro di 1,18 dolar "perlu memberi jalan untuk jual guna mendapatkan daya tarik riil di sini," katanya.
Baca juga: Minyak jatuh ke terendah 2 minggu
Dolar sedikit berubah baik pada hari itu maupun untuk minggu ini di 109,71 yen, masih berliku-liku di tengah kisarannya dalam dua bulan terakhir.
Baca juga: Emas naik dipicu pelemahan dolar
Dolar Aussie tergelincir 0,07 persen menjadi 0,7363 dolar AS, menuju penurunan 1,16 persen minggu ini.