Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bersyukur pembukaan sektor ekonomi yang mulai dilakukan secara hati-hati pada masa pandemi, diikuti dengan kepatuhan oleh masyarakat dan dunia usaha terhadap protokol kesehatan (prokes).
"Alhamdulillah pembukaan ekonomi secara hati-hati dipatuhi bersama masyarakat dan dunia usaha, sehingga ekonomi mulai menggeliat kembali," ujar Presiden Jokowi dalam sambutan secara virtual di acara seminar daring UOB Economic Outlook 2022, yang disaksikan secara daring di Jakarta, Rabu, (15/9).
Presiden Jokowi mengatakan semua sepakat kesehatan adalah prioritas dan kegiatan ekonomi adalah keharusan. Kepala Negara menekankan pemerintah telah mencari solusi terbaik dalam menangani COVID-19 sekaligus melangsungkan kegiatan ekonomi.
"Oleh sebab itu gas dan rem kita jaga secara tepat dan dinamis seusai dengan situasi terkini," ujar Presiden Jokowi.
Presiden menyampaikan kasus COVID-19 telah menunjukkan tren penurunan. Meskipun optimistis menyikapi hal tersebut, namun Presiden meminta semua pihak tetap selalu waspada.
Presiden Jokowi mengatakan sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia tidak masuk dalam 10 besar jumlah kasus tertinggi di dunia.
Kasus harian juga terus turun dari puncaknya di tanggal 15 Juli 2021 yaitu 56.000 kasus, menjadi 2.577 kasus pada 13 September 2021.
"Sebuah penurunan yang sangat tajam. Persentase kasus harian kita sebesar 13,6 kasus harian per satu juta, jauh di bawah negara-negara tetangga kita ASEAN. Tingkat keterisian rumah sakit juga turun, BOR nasional kita di angka 13,8 persen dan BOR wisma atlet yang dulu sempat 92 persen saat ini juga turun menjadi 7 persen," kata Presiden Jokowi.
Presiden juga menyampaikan per 12 September 2021, angka positivity rate harian Indonesia berada di 2,64 persen, atau lebih baik dari dunia yang berada di angka 8,34 persen. Sedangkan angka kesembuhan Indonesia ada di 94,03 persen atau di atas rata-rata dunia 89,59 persen.
Sementara itu terkait vaksinasi, kata Presiden Jokowi, jika dihitung dari jumlah orang yang divaksin, Indonesia sudah mencapai 72,76 juta orang atau 34,94 persen. Sedangkan dari sisi dosis yang sudah disuntikkan berada di angka 42,2 persen.
"Kita akan terus meningkatkan vaksinasi, kecepatan vaksinasi, tetapi kita harus selalu waspada harus selalu disiplin terhadap protokol kesehatan, selalu memakai masker," ujar Presiden Jokowi.
Lebih jauh Presiden mengatakan pemerintah telah mengeluarkan sejumlah insentif kepada dunia usaha.
Baca juga: Presiden Jokowi bertemu Joko Widodo
Kementerian Keuangan pada tahun 2020 mengalokasikan dana pemulihan ekonomi Rp695,2 triliun dengan realisasi Rp579,8 triliun, sedangkan tahun 2021 sebesar Rp744,75 triliun dengan realisasi hingga Juli Rp305,5 triliun.
Baca juga: Presiden Jokowi ingin Indonesia keluar dari jebakan pengekspor bahan mentah
"Dana tersebut dialokasikan berimbang untuk kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional, untuk mendorong kegiatan ekonomi yang seimbang," kata Presiden Jokowi.
"Alhamdulillah pembukaan ekonomi secara hati-hati dipatuhi bersama masyarakat dan dunia usaha, sehingga ekonomi mulai menggeliat kembali," ujar Presiden Jokowi dalam sambutan secara virtual di acara seminar daring UOB Economic Outlook 2022, yang disaksikan secara daring di Jakarta, Rabu, (15/9).
Presiden Jokowi mengatakan semua sepakat kesehatan adalah prioritas dan kegiatan ekonomi adalah keharusan. Kepala Negara menekankan pemerintah telah mencari solusi terbaik dalam menangani COVID-19 sekaligus melangsungkan kegiatan ekonomi.
"Oleh sebab itu gas dan rem kita jaga secara tepat dan dinamis seusai dengan situasi terkini," ujar Presiden Jokowi.
Presiden menyampaikan kasus COVID-19 telah menunjukkan tren penurunan. Meskipun optimistis menyikapi hal tersebut, namun Presiden meminta semua pihak tetap selalu waspada.
Presiden Jokowi mengatakan sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia tidak masuk dalam 10 besar jumlah kasus tertinggi di dunia.
Kasus harian juga terus turun dari puncaknya di tanggal 15 Juli 2021 yaitu 56.000 kasus, menjadi 2.577 kasus pada 13 September 2021.
"Sebuah penurunan yang sangat tajam. Persentase kasus harian kita sebesar 13,6 kasus harian per satu juta, jauh di bawah negara-negara tetangga kita ASEAN. Tingkat keterisian rumah sakit juga turun, BOR nasional kita di angka 13,8 persen dan BOR wisma atlet yang dulu sempat 92 persen saat ini juga turun menjadi 7 persen," kata Presiden Jokowi.
Presiden juga menyampaikan per 12 September 2021, angka positivity rate harian Indonesia berada di 2,64 persen, atau lebih baik dari dunia yang berada di angka 8,34 persen. Sedangkan angka kesembuhan Indonesia ada di 94,03 persen atau di atas rata-rata dunia 89,59 persen.
Sementara itu terkait vaksinasi, kata Presiden Jokowi, jika dihitung dari jumlah orang yang divaksin, Indonesia sudah mencapai 72,76 juta orang atau 34,94 persen. Sedangkan dari sisi dosis yang sudah disuntikkan berada di angka 42,2 persen.
"Kita akan terus meningkatkan vaksinasi, kecepatan vaksinasi, tetapi kita harus selalu waspada harus selalu disiplin terhadap protokol kesehatan, selalu memakai masker," ujar Presiden Jokowi.
Lebih jauh Presiden mengatakan pemerintah telah mengeluarkan sejumlah insentif kepada dunia usaha.
Baca juga: Presiden Jokowi bertemu Joko Widodo
Kementerian Keuangan pada tahun 2020 mengalokasikan dana pemulihan ekonomi Rp695,2 triliun dengan realisasi Rp579,8 triliun, sedangkan tahun 2021 sebesar Rp744,75 triliun dengan realisasi hingga Juli Rp305,5 triliun.
Baca juga: Presiden Jokowi ingin Indonesia keluar dari jebakan pengekspor bahan mentah
"Dana tersebut dialokasikan berimbang untuk kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional, untuk mendorong kegiatan ekonomi yang seimbang," kata Presiden Jokowi.