Roma (ANTARA) - Perdana Menteri Italia Mario Draghi akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak khusus Kelompok 20 ekonomi utama pada Selasa, (12/10) untuk membahas Afghanistan, karena kekhawatiran yang meningkat tentang bencana kemanusiaan setelah kembalinya Taliban ke kekuasaan.
Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus, negara itu telah mengalami kehancuran di sektor ekonomi sehingga meningkatkan eksodus pengungsi.
Konferensi video, yang akan dimulai pukul 1 siang waktu setempat, akan fokus pada kebutuhan bantuan, kekhawatiran atas keamanan dan cara-cara menjamin perjalanan yang aman ke luar negeri bagi ribuan warga Afghanistan yang masih berada di negaranya.
“Memberikan dukungan kemanusiaan sangat mendesak bagi kelompok yang paling rentan, terutama perempuan dan anak-anak, dengan tibanya musim dingin,” kata seorang pejabat yang mengetahui agenda G20.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan bergabung dengan KTT tersebut, menggarisbawahi peran sentral yang diberikan kepada PBB dalam mengatasi krisis.
Italia, yang memegang kepresidenan G20, bekerja keras untuk mengatur pertemuan itu dalam menghadapi pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana menangani Afghanistan setelah penarikan pasukan AS dari Kabul.
"Masalah utamanya adalah negara-negara Barat menekankan bagaimana cara Taliban menjalankan negara, bagaimana mereka memperlakukan wanita, sementara China dan Rusia di sisi lain memiliki kebijakan luar negeri non-intervensi," kata seorang sumber diplomatik.
China secara terbuka menuntut agar sanksi ekonomi terhadap Afghanistan dicabut dan miliaran dolar aset internasional Afghanistan dicairkan dan dikembalikan ke Kabul.
Sementara Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri India Narendra Modi dan para pemimpin G20 Eropa diperkirakan akan ambil bagian dalam pertemuan itu.
Media China melaporkan bahwa Presiden Xi Jinping tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan puncak khusus Kelompok 20 ekonomi utama untuk membahas Afghanistan.
Sementara itu belum ada kejelasan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan berpartisipasi dalam pertemuan itu.
Tetangga Afghanistan, Pakistan dan Iran, belum diundang ke panggilan virtual, tetapi Qatar, yang telah memainkan peran kunci sebagai mitra bicara antara Taliban dan Barat, akan bergabung dalam diskusi, kata sumber diplomatik.
Baca juga: Dewan HAM PBB tunjuk pelapor khusus mengenai Afghanistan
KTT virtual itu terjadi hanya beberapa hari setelah pejabat senior AS dan Taliban bertemu di Qatar untuk pertemuan tatap muka pertama mereka sejak kelompok militan itu merebut kembali kekuasaan.
Baca juga: Penembakan di Afghanistan menewaskan tiga orang, termasuk wartawan
Pertemuan Selasa itu terjadi kurang dari tiga minggu sebelum KTT resmi para pemimpin G20 di Roma pada 30-31 Oktober, yang akan fokus pada perubahan iklim, pemulihan ekonomi global, mengatasi kekurangan gizi, dan pandemi COVID-19. (Antara/Reuters)
Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus, negara itu telah mengalami kehancuran di sektor ekonomi sehingga meningkatkan eksodus pengungsi.
Konferensi video, yang akan dimulai pukul 1 siang waktu setempat, akan fokus pada kebutuhan bantuan, kekhawatiran atas keamanan dan cara-cara menjamin perjalanan yang aman ke luar negeri bagi ribuan warga Afghanistan yang masih berada di negaranya.
“Memberikan dukungan kemanusiaan sangat mendesak bagi kelompok yang paling rentan, terutama perempuan dan anak-anak, dengan tibanya musim dingin,” kata seorang pejabat yang mengetahui agenda G20.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan bergabung dengan KTT tersebut, menggarisbawahi peran sentral yang diberikan kepada PBB dalam mengatasi krisis.
Italia, yang memegang kepresidenan G20, bekerja keras untuk mengatur pertemuan itu dalam menghadapi pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana menangani Afghanistan setelah penarikan pasukan AS dari Kabul.
"Masalah utamanya adalah negara-negara Barat menekankan bagaimana cara Taliban menjalankan negara, bagaimana mereka memperlakukan wanita, sementara China dan Rusia di sisi lain memiliki kebijakan luar negeri non-intervensi," kata seorang sumber diplomatik.
China secara terbuka menuntut agar sanksi ekonomi terhadap Afghanistan dicabut dan miliaran dolar aset internasional Afghanistan dicairkan dan dikembalikan ke Kabul.
Sementara Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri India Narendra Modi dan para pemimpin G20 Eropa diperkirakan akan ambil bagian dalam pertemuan itu.
Media China melaporkan bahwa Presiden Xi Jinping tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan puncak khusus Kelompok 20 ekonomi utama untuk membahas Afghanistan.
Sementara itu belum ada kejelasan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan berpartisipasi dalam pertemuan itu.
Tetangga Afghanistan, Pakistan dan Iran, belum diundang ke panggilan virtual, tetapi Qatar, yang telah memainkan peran kunci sebagai mitra bicara antara Taliban dan Barat, akan bergabung dalam diskusi, kata sumber diplomatik.
Baca juga: Dewan HAM PBB tunjuk pelapor khusus mengenai Afghanistan
KTT virtual itu terjadi hanya beberapa hari setelah pejabat senior AS dan Taliban bertemu di Qatar untuk pertemuan tatap muka pertama mereka sejak kelompok militan itu merebut kembali kekuasaan.
Baca juga: Penembakan di Afghanistan menewaskan tiga orang, termasuk wartawan
Pertemuan Selasa itu terjadi kurang dari tiga minggu sebelum KTT resmi para pemimpin G20 di Roma pada 30-31 Oktober, yang akan fokus pada perubahan iklim, pemulihan ekonomi global, mengatasi kekurangan gizi, dan pandemi COVID-19. (Antara/Reuters)