Kupang (AntaraNews NTT) -  Presiden Joko Widodo direncanakan meletakkan batu pertama pembangunan observatorium milik Lembaga  Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Pegunungan Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Juni 2018.

"Peletakan batu pertama pembangunan observatorium nasional itu semula direncanakan berlangsung pada 5 Mei 2018, namun ditunda karena pemerintah daerah menginginkan agar dilakukan Presiden Joko Widodo," kata Bupati Kupang, Ayub Titu Eki di Oelamasi, Kamis (3/5).

Titu Eki mengatakan, Lapan telah berdiskusi dengan Pemkab Kupang untuk mengundang Presiden untuk meletakkan batu pertama pembangunan observatorium yang menelan anggaran sebesar Rp500 miliar itu.

"Kami sangat bangga karena fasilitas vital milik negara itu dibangun di NTT sehingga peletakan batu pertama harus dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo," tegas Titu Eki.

Bupati Kupang dua priode itu mengatakan selain melakukan peletakan batu pertama pembangunan observatorium, Presiden Joko Widodo juga akan diminta melakukan panen perdana produksi garam di Bipolo serta menyerahkan sertifikat tanah secara simbolis kepada masyarakat Kabupaten Kupang.

Baca juga: Memajukan bidang antariksa dari pegunungan Timau Observatorium Nasional
"Kami juga akan meminta Presiden Joko Widodo menyerahkan kunci rumah bagi pegawai Pemkab Kupang yang belum memiliki rumah di Oelamasi, ibu kota Kabupaten Kupang," kata Titu Eki.

Ia juga menambahkan pemerintah daerah sedang berkordinasi dengan Balai Jalan Nasional X Kupang untuk melakukan perbaikan jalan sehingga memudahkan mobilisasi peralatan dan kendaraan menuju Pegunungan Timau sebagai lokasi pembangunan observatorium nasional.

Observatorium nasional di Pegunungan Timau akan menggantikan Observatoirum Bosscha, di Lembang, Jawa Barat, yang saat ini kondisinya kurang memadai karena telah dipadati permukiman penduduk.

Pemerintah Kabupaten Kupang telah menyiapkan lahan seluas 32 ha di Pegunungan Timau, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang untuk mendukung proyek pembangunan observatorium baru. 

Pewarta : Benediktus Jahang
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024