Jakarta (ANTARA) - Peneliti Zoologi dari Museum Zoologicum Bogoriense Pusat Penelitian Biologi Badan Riset Nasional dan Inovasi (BRIN) Awal Riyanto dan tim mengidentifikasikan cecak jarilengkung jenis baru dari Kawasi, Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Cecak yang bernama Cyrtodactylus papeda tersebut diidentifikasi dari spesimen yang ditemukan pada 2016 dan 2018 oleh Fata H Faz dari Institut Pertanian Bogor.
"Secara genetik dan morfologi cecak ini mirip dengan spesies Melanesia yaitu Cyrtodactylus papuensis. Bedanya terlihat pada ukuran tubuhnya yang lebih besar, baris sisik besar paha lebih dari satu baris, dan alur precloacal yang dalam pada jantan," kata Awal dalam siaran tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin, (7/3).
Cecak papeda dapat ditemukan pada vegetasi rawa bakau, pinus, dan hutan sekunder yang berasosiasi dengan semak belukar.
Cecak tersebut biasanya aktif dan ditemukan di malam hari antara 30 sentimeter (cm) sampai 3 meter di atas tanah dan sebagian besar pada batang pohon.
Rata-rata ukuran panjang cecak tersebut mencapai 60,7 milimeter. Bagian dorsum cecak berwarna coklat muda. Cecak memiliki pola dengan tujuh atau delapan tanda coklat gelap melintang sempit dan tidak beraturan antara ketiak dan selangkangan.
Warna garis coklat tua memanjang dari bagian postnasal melewati mata dan berlanjut ke lubang telinga bagian atas. Sisi punggung ekor bengkok, di bagian dasar memiliki pita gelap menyempit, melebar saat ekor mengecil.
"Baik dalam keadaan hidup dan diawetkan, cecak ini memiliki warna yang sama. Semua area berwarna coklat pucat dengan bagian dorsum bewarna abu-abu, krem, atau kuning kecoklatan, sedangkan supercilium dan canthus berwarna kuning keemasan," tutur Awal.
Analisis molekuler mengindikasikan spesimen Cyrtodactylus dari Pulau Obi masuk dalam kelompok Cyrtodactylus marmoratus grup. Populasi Cyrtodactylus dari Pulau Obi memiliki kekerabatan dekat dengan sampel Cyrtodactylus papuensis dari Pulau Buru, Raja Ampat dan Selatan Papua Nugini.
Baca juga: OR IPT BRIN kembangkan mobil listrik tanpa pengemudi
Baca juga: Presiden berharap Indonesia jadi produsen teknologi
Cecak yang bernama Cyrtodactylus papeda tersebut diidentifikasi dari spesimen yang ditemukan pada 2016 dan 2018 oleh Fata H Faz dari Institut Pertanian Bogor.
"Secara genetik dan morfologi cecak ini mirip dengan spesies Melanesia yaitu Cyrtodactylus papuensis. Bedanya terlihat pada ukuran tubuhnya yang lebih besar, baris sisik besar paha lebih dari satu baris, dan alur precloacal yang dalam pada jantan," kata Awal dalam siaran tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin, (7/3).
Cecak papeda dapat ditemukan pada vegetasi rawa bakau, pinus, dan hutan sekunder yang berasosiasi dengan semak belukar.
Cecak tersebut biasanya aktif dan ditemukan di malam hari antara 30 sentimeter (cm) sampai 3 meter di atas tanah dan sebagian besar pada batang pohon.
Rata-rata ukuran panjang cecak tersebut mencapai 60,7 milimeter. Bagian dorsum cecak berwarna coklat muda. Cecak memiliki pola dengan tujuh atau delapan tanda coklat gelap melintang sempit dan tidak beraturan antara ketiak dan selangkangan.
Warna garis coklat tua memanjang dari bagian postnasal melewati mata dan berlanjut ke lubang telinga bagian atas. Sisi punggung ekor bengkok, di bagian dasar memiliki pita gelap menyempit, melebar saat ekor mengecil.
"Baik dalam keadaan hidup dan diawetkan, cecak ini memiliki warna yang sama. Semua area berwarna coklat pucat dengan bagian dorsum bewarna abu-abu, krem, atau kuning kecoklatan, sedangkan supercilium dan canthus berwarna kuning keemasan," tutur Awal.
Analisis molekuler mengindikasikan spesimen Cyrtodactylus dari Pulau Obi masuk dalam kelompok Cyrtodactylus marmoratus grup. Populasi Cyrtodactylus dari Pulau Obi memiliki kekerabatan dekat dengan sampel Cyrtodactylus papuensis dari Pulau Buru, Raja Ampat dan Selatan Papua Nugini.
Baca juga: OR IPT BRIN kembangkan mobil listrik tanpa pengemudi
Baca juga: Presiden berharap Indonesia jadi produsen teknologi